-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
THIRTIETH SCENE
FINAL LEGITIMATION
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Maka dengan ini kami putuskan bahwa terdakwa Yeomjong, sesuai dengan semua pelanggaran hukum, percobaan, dan pembunuhan yang dilakukannya, mendapatkan hukuman mati yang sedianya akan dilaksanakan dua minggu dari sekarang…” Hakim mengetukkan palunya tiga kali, mengesahkan hasil keputusan sidang itu.
”Jangan!! Aku tidak mau dihukum mati!!! Keluarkan aku! Brengsek!!” Yeomjong meronta dan meronta. Namun semakin ia menjadi-jadi, semakin kuat cengkraman tangan para petugas di bahu dan tangannya. Pria itu tidak kunjung menyerah dan terus meronta, sampai akhirnya mereka kehilangan kesabaran dan memukul tengkuk Yeomjong hingga pria itu pingsan.
Yeomjong menutup matanya, kehilangan kesadarannya. Semua usahanya sudah berakhir dalam kesia-siaan. Dan kali ini, tidak seorang pun bisa menolongnya. Ia memandang dirinya dengan penuh kebencian. Kali ini, hanya dirinya sendiri yang bisa ia salahkan.
Bidam dan Chuncu berbisik pelan di kursi belakang. ”Apakah menurutmu hukuman ini tidak terlalu kejam baginya?” tanya Bidam.
Chuncu memandang seniornya dengan bingung. ”Kau sudah diperlakukan begitu sadis dan kau masih bisa mengampuninya?” Chuncu menggeleng takjub. ”Biar bagaimana pun, hukuman ini masih lebih baik daripada hukuman seumur hidup di penjara...”
”Dan Seokpum...” Bidam mencari sosok pria itu di tengah kerumunan. “Karirnya bisa berakhir sebagai detektif...” kali ini ia hanya mampu menarik nafas panjang. “Kenapa Yeomjong harus membuat orang lain juga kena getahnya?”
“Sejak awal, itulah konsekuensi kalau kau bekerja sama dengan seorang penjahat...” Chuncu tersenyum pahit. ”Dan bagaimana dengan rencana pernikahanmu?” tanya Chuncu sambil berusaha mengalihkan perhatian. Ia melirik sedari tadi Alcheon dan Chenmyeong duduk bersama tidak pernah melepaskan genggaman tangan mereka, membuatnya merasa jengah. Untunglah Bidam tidak muncul bersama kekasihnya. Kalau iya, dia tidak tahu harus bagaimana melewati sidang itu tanpa merasa kikuk sendirian.
”Deokman sedang melakukan uji DNA dengan Ayah angkatku...” ujar Bidam sambil tersenyum. ”Kadang-kadang kalau kupikir lagi, dunia ini sempit sekali...”
-----------------------------------============================-----------------------------------
”Bagaimana hasil tesnya?” tanya Bidam sambil berjalan keluar dari mobil sportnya dan menghampiri Deokman ketika melihat gadis itu keluar dari ruang periksa.
Deokman tersenyum gemas. ”Tentu saja hasilnya belum keluar, mereka bilang kira-kira butuh seminggu untuk memprosesnya...”
”Oh ya? Humm... apapun hasilnya, kurasa tidak ada masalah. Selama statusmu hanya sebagai adik angkatku, aku masih bisa menikahimu bukan?” tanya Bidam sambil mengamit lengan kekasihnya. ”Dan aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Kurasa masih belum terlambat...” ujarnya lagi.
Deokman menatap Bidam dengan bingung namun menurut begitu saja saat pria itu membukakan pintu mobil untuknya. Tak lama mobil melesat dan mereka tiba di sebuah pelataran gedung aula yang cukup megah.
”Pakai ini...” ujar Bidam sambil memasangkan kacamata dan sebuah topi untuk Deokman. ”Paling tidak, hanya aku yang bisa mengenalimu...” ujarnya sambil kembali meraih tangan gadis itu memasuki gedung. ”Kita lewat jalan belakang...” jelas Bidam ketika ia melihat tanda tanya besar di raut wajah gadis itu.
”Kau lama sekali,” gerutu Alcheon. Di sampingnya, Chenmyeong berdiri dalam balutan busana yang juga merupakan salah sau bentuk penyamaran. “Kalian menyelusup lewat pintu itu. Gunakan tiket ini ya,” Alcheon menyelipkan dua lembar tiket ke tangan Chenmyeong. “Hati-hati!!!” serunya sambil menarik Bidam memasuki pintu yang lain.
Deokman memandang Chenmyeong dengan bingung. Seharian ini rasanya ia terus menerus ditarik kesana kemari. ”Unni, kita mau kemana sih? Dan kenapa kita berdua perlu menyamar seperti ini?”
Chenmyeong menjawab dengan tidak sabar. ”Karena wajah kita sudah dikenal lewat konferensi pers! Kau tahu itu?” ia menjawab sambil menyerahkan dua lembar tiket ke petugas yang kemudian mempersilakan mereka masuk.
”Jadi sebenarnya sekarang kita mau ngapain sih?” tanya Deokman akhirnya. Ia capek juga sedari tadi hanya ditarik kesana kemari.
”Kau lihat sendiri. Pasti kau tahu acara apa ini...” Chenmyeong menggandeng Deokman duduk di dua kursi kosong terdepan. “Nah, mereka muncul!!”
Deokman mengangkat wajah dengan terkejut. Di samping mereka kiri dan kanan dipenuhi oleh banyak orang. Kebanyakan pria, namun ada pula beberapa wanita, dari berbagai jenis usia. Dan lebih kaget lagi saat melihat dua orang pria yang muncul dengan pakaian kasual bermerek adalah...
“Kyaaa!!! Bidam oppa!!! Alcheon oppa!!!! Saranghaeyo!!!!” seru beberapa anak perempuan di belakang mereka. ”Bidam-shi!! Alcheon-shi!! Look at meeee!!!” seru yang lainnya. Beberapa asyik bersiul dan bertepuk tangan. Deokman dengan grogi memandang kiri dan kanan, bingung apakah ia harus ikut berteriak atau tidak.
”Go!!! Acheon-shi!!” seru Chenmyeong yang duduk di sebelahnya. Alcheon tersenyum dan memandang Chenmyeong sambil mengedipkan sebelah mata. Anak-anak perempuan yang duduk di belakang mereka histeris, mengira kedipan itu ditujukan untuk mereka.
”Ayo, Deokman...” ujar Chenmyeong sambil menyenggol lengan Deokman pelan.
”Um... eng...” Deokman mengumpulkan segenap keberaniannya lalu berteriak. ”Saranghaeyo Bidam-shi!!!” serunya grogi. Bidam tidak bisa menahan tawanya melihat tingkah Deokman yang begitu kikuk. Karuan saja, di panggung ia tertawa terbahak-bahak. Untuk sejenak semua penggemar mereka terdiam dan terlihat bingung.
”Maaf, aku baru saja teringat salah satu cerita konyol yang dulu pernah kudengar...” ujarnya berkelit sambil memegang perutnya, menahan tawa. ”Tapi, baiklah, pertama-tama terimakasih untuk kalian semua yang sudah repot-repot datang kemari.. terlebih ada yang dari jauh, ya?” tanyanya sambil tertawa dan serentak semua fans di barisan belakang menyahut YAAAA!!! Dengan suara keras.
”Hari ini kami berdua akan menyanyikan lagu terbaru dari single kami masing-masing. Tapi tentu saja, mengeluarkan single bukan berarti grup ini akan pecah. Kami akan tetap kompak, seperti yang kalian lihat sekarang ini. Dan untuk seterusnya, selama dukungan kalian bergema di Korea dan sekitarnya, kami akan terus dan terus berkarya!!” Alcheon mengambil sebuah CD dari sakunya dan melemparkannya. Bidam melakukan hal yang sama dan segera saja para fans sibuk berebut CD yang sudah ditandatangani dan berasal dari saku sang superstar.
”Baiklah,mari kita mulai saja acaranya!!! Lagu pertama berasal dari saya, judulnya Sarang ha myun ahn Doe ni... Dan lagu ini saya persembahkan untuk semua wanita di sini. Semoga kalian pun mendapatkan kekasih yang bisa mencintai kalian lebih dari apapun....” sambil bicara, matanya menatap Deokman. dan perlahan-lahan, lampu digelapkan dan musik mulai mengalun.
---------------------------------========to be continued==========----------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar