Selasa, 08 Juli 2014

TRY MY LOVE 12

TRY MY LOVE 12

May 17, 2011 at 7:13pm
TRY MY LOVE
Chapter 12
Cast:
Author (Jesica) as Park Jae Shi
Han Geng as himself
Wei Li Zhi as herself
Ji Ro Wang
Choi Shi Won
Sung Min
Dong Hae
Hee Chul
Kim Ri Na



Park Jae Shi, Seoul University, 2010—

“Pagi…” sapa seseorang di sebelahku. Jelas bukan suara yang kusuka. Namun sangat familiar. Dan begitu menoleh, aku langsung mengenalinya.

“Ri Na…” menyebut namanya pun membuatku merasa tidak nyaman.

“Kurasa kau tidak kaget melihatku di Seoul. Bahkan mungkin kita satu pesawat kemarin…” ujarnya, tersenyum sambil memandangku. “Kudengar kau dan Dennies tidak berhasil, ya?” nada suaranya terdengar penuh sindiran.

“Dan kudengar, kau juga begitu…” balasku. Ia tampak tidak terpengaruh, hanya mengangkat alisnya sebelah dan tersenyum.

“Pria toh bukan hanya dia seorang…” ujarnya, mulai mengibaskan rambutnya yang memang indah. “Aku memutuskan untuk belajar di sini saja. Jurusan make-up artis profesional di sini kan terkenal bagus…” ia menjelaskan, walaupun aku tidak memintanya.

“Dan… apa maumu menemuiku?”

“Oh… dunia kan tidak seluas itu, Jae Shi… Aku mana mungkin repot-repot menemuimu? Hanya kebetulan melihatmu. Kupikir tidak sopan kalau aku tidak menyapa. Dan, kudengar, pacarmu artis. Benar?”

Jantungku berhenti sejenak. Benar. Apa jurusan yang mau diambilnya, tadi? Tatarias? Makeup artis? “Apa maksudmu bertanya tentang itu? Kehidupanku bukan urusanmu, kan?”

“Ooh… urusanku, dong…” ia tersenyum dan memainkan rambutnya. “Kalau siapa tahu saja… ia jadi klienku… ya kan?” perlahan ia berjalan sambil menenteng koper makeupnya dan melenggang pergi.  Sirine peringatan berdengung di kepalaku. Jelas, ini tanda bahaya.



―Wei Li Zhi, Seoul University,2010―

“Jae Shi? Ada apa? Wajahmu luar biasa mendung…” ujarku. Ia diam dan meletakkan tasnya. “Ada masalah dengan Han Geng ya?”

“Bukan…” ia mengambil nafas sebelum bicara. “Kau tahu, sebelum ke sini, aku bertemu siapa?”

“Siapa?” tanyaku.

“Ri Na…”

“Hah? Kok bisa?” rasanya gadis itu seperti hantu saja. Bisa muncul di mana pun. Bukan, hantu saja masih terlalu bagus untuknya. Kecoak, mungkin itu. Dia terlalu mengganggu.

“Dia berhenti kuliah di Bei Jing. Dan memutuskan belajar tata rias di sini. Aku tidak tahu dendam apa yang disimpannya padaku. Tapi, aku punya firasat buruk. Aku rasa ia mengincar Han Geng…”

“Astaga. Jae Shi, apa kau tidak terlalu paranoid?”

“Kuharap juga begitu. Kuharap aku yang terlalu sensitif pada namanya. Tapi tidak. Aku tahu pandangan matanya itu. Aku paham. Ia mengajakku perang. Kali ini, bukan Kak Dennies lagi. Tapi Han Geng…”

“Kenapa? Kalau Kak Dennies, aku masih bisa mengerti. Mereka memang teman SMA. Tapi Han Geng? Kenal saja tidak…”

“Aku harap juga begitu…”

Jae Shi membalas senyumku, dan menarik tangannya dari genggamanku. Jelas, ia tidak sepercaya diri itu. Ri Na sudah berhasil menghapus rasa percaya diri Jae Shi sejak gadis itu seenaknya merebut Kak Dennies, kekasih Jae Shi dulu.

Kuharap tragedi itu tidak berulang. Aku ingin sekali meyakinkan Jae shi bahwa Han Geng berbeda dengan Kak Dennies. Dan pria itu juga bersamanya saat membantu Jae Shi membuat Kak Dennies menyesal melepaskannya dulu.

Seharusnya pria itu mengerti wanita seperti apa Kim Ri Na. tapi, pria tetap saja pria, bukan? Kadang kala, kita tidak bisa menebak bagaimana cara mereka berpikir.



―Han Geng, Studio SM Entertainment, 2010―

“Kapan penata rias kita datang, Shi Won?” tanyaku. Beberapa saat lagi pentas akan dimulai, tetapi si penata rias belum juga muncul.

“Katanya hari ini ia datang bersama asistennya. Mungkin ada beberapa hal baru yang harus ia ajarkan pada asistennya…”

“Astaga, kalau cantik masih mungkin kumaafkan…” keluh Eun Hyuk sambil mengacak rambutnya sedikit. “Awas kalau tidak…”

“Selamat sore… maaf terlambat…” sapa penata rias itu sambil berjalan terburu-buru dan meletakkan koper make up­-nya. “Saya datang bersama asisten saya…”

Seorang gadis cantik muncul di belakang wanita itu. “Saya Kim Ri Na. panggil Ri Na saja… Mungkin saya masih baru tetapi saya akan berusaha semaksimal mungkin…”

Anggota Suju lainnya tersenyum dan bersiul kecil melihat gadis cantik itu. Tetapi, wajahnya familier. Rasanya aku mengenalnya. Di mana ya…

“Han Geng?” tanya Ri Na sambil maju memandangku. “Kau mau aku rias duluan?”

“Baiklah, tentu saja…” Kurasa tidak ada alasan untuk menolak. Lagipula aku penasaran dengannya. Aku memang mengenal gadis ini, batinku.

Ia menyilakanku duduk dan mulai menata rambutku. “Kau tidak ingat siapa aku?” tanyanya.

“Sedikit. Kurasa aku memang pernah bertemu denganmu…” jawabku, masih berusaha mengingat-ingat.

Gadis itu tersenyum menyindir dan menyebutkan kata kunci. “Bei Jing. Ada Dennies, ada Jae Shi, dan ada aku…”

“Oh, kau…” tukasku.

 Ia gadis yang merebut kekasih lama Jae Shi. Seharusnya aku menjauh dari tipe semacam ini. Tetapi, mungkin aku harus berterimakasih juga. Tanpa kehadirannya, aku tidak mungkin bisa bersama Jae Shi sekarang.

“Mungkin seharusnya aku berterima kasih padamu…”

“Oh ya?” ia memandangku kaget. Lalu, di bibirnya kembali terukir senyum yang menggoda. “Kenapa?”

“Karena berkatmu, aku bisa bersama Jae shi…”

“Oh?” ia memutar kursiku agar kami saling menatap. Kemudian ia mulai menaburkan bedak tipis ke wajahku. “Jae Shi sangat beruntung mendapatkanmu sebagai ganti Dennies…”
.
“Aku yang beruntung mendapatkannya…”

“Kau tidak semudah itu lolos seleksi dari Papanya… Dennies pernah cerita padaku soal Papanya Jae Shi. Sangat kolot, bukan?”

Bayang-bayang wajah tegas pria itu kembali muncul di benakku. Oh, ya, aku dilarang bertemu dengan putrinya. Sialan, menyebalkan sekali. “Benar, namanya juga orang tua…”

“Dennies cerita banyak tentang Papanya…”

“Apa kau bermaksud menyuruhku mengorek informasi denganmu? Maaf… sebaiknya, tidak. Aku tidak mau Jae shi salah paham dan cemburu…”

Ia mengangkat salah satu alisnya dan kemudian mengangkat bahu. “Terserah saja…” ujarnya. Dan sambil membalikkan badan, ia bergumam. “Semoga saja kau berhasil…”

“Kalian kenapa akrab sekali…” pancing Shi Won sambil mengeluarkan senyuman curiga. “Kau selingkuh ya dari pacarmu yang sekarang…”

“Hei, apa maksudmu? Aku ini tipe setia, tahu…” tukasku, membalas dengan sengit. Ri Na sedikit mengangkat wajahnya dan menatapku sebelum kembali meneruskan pekerjaannya.

“Hahaha… asal kau tahu saja, Jae Shi dan Dae Jia berteman akrab. Kalau kau macam-macam dan Dae Jia tahu, kurasa akan diadukan ke Jae Shi…”

“Kalau dia mengadukannya, berarti tersangka utamanya adalah kau. Karena kau yang paling dekat denganku…” ujarku sambil menyikutnya.

Shi Won hanya tertawa dan mulai memakai kostum panggungnya. “Pokoknya jangan salahkan aku ya… Aku sudah memperingatkanmu…” ujarnya kalem.


Tidak lama, handphone-ku bergetar. Rupanya dari Jae Shi. Dong Hae yang duduk di ujung ruangan menertawakan ekspresiku. Ia memanggil Hee Chul dan mereka bersama-sama menertawakanku.

“Lihat, wajahnya gembira sekali…”

“Terang saja, gadis itu menelepon loh…”

“Astaga, Han Geng lugu sekali…”

Lagi-lagi Ri Na menatapku dengan pandangan aneh ketika ia masih merapikan rambut Sung Min. Apaan sih. Wajar dong, senang karena ditelepon pacar.

“Ya? Maaf ya, temanku ribut sekali…”

“Ng… Maaf ya, aku ganggu nggak, telepon tiba-tiba begini?”

“Nggak. Aku senang. Sebentar lagi ada show. Mendengar suaramu membuatku lebih bersemangat…”

“Benarkah?” Jae Shi tertawa pelan dan kemudian terdiam.

“Ada apa?”

“A-aku cuma mau tahu… Apakah.. apakah… ada Kim Ri Na di sana?”

Kepalaku terangkat dan otomatis mataku memandang Ri Na. Ternyata gadis itu juga masih memandangku. Mata kami bertemu. Namun pandangannya masih sama, misterius.

Rupanya ia telah selesai merias Sung Min. pria itu sudah berada di ujung ruangan, asyik mengobrol dengan ponselnya dan wajahnya tampak serius.

“Ya, dia menjadi asisten juru rias kami…” jawabku, bingung.

Dari mana Jae Shi tahu soal kedatangan Ri Na kemari?

“Begitu…” ada jeda panjang dalam kalimatnya.

“Jae Shi?”

Ia terdiam.

“Jae Shi? Kenapa?”

Ia masih saja diam.

“Ada yang salah?” tanyaku, mulai mencemaskannya.

“Tidak apa-apa…” jawabnya, akhirnya. “Hanya… ingin tahu saja…”

“Kau cemas? Tenang saja…” Aku tidak seperti laki-laki itu…

“Ya…” sahutnya. Namun, bisa kurasakan nada suaranya terdengar tidak yakin. “Maaf ya, aku mengganggumu…”

“Kau mau kujemput pulang?” tanyaku.

“Tidak. Tidak apa-apa kok, sunguh. Sudah ya…”

“Jae Shi, tunggu…”

TUUTT-TUUTT..TUUTT…TUUTT…

“Sudah kubilang, kan?” Ri Na memamerkan senyuman kemenangannya padaku.”Kau tidak dipercaya oleh Jae Shi…” tudingnya tajam. “Dan kau butuh informasi dariku, bukan?”

“Tidak…” tegasku. “Aku tidak bisa mengandalkanmu, maaf dan terima kasih…”

“Apa kau yakin?” tanyanya. Ia memandang berkeliling dan mulai menatap pintu ragu-ragu. Pelan, didorongnya pintu agar tertutup. Dan ia mulai berjalan ke arahku.

“Apa maumu?” tanyaku, gusar.

Sialan, sejak kapan anggota yang lain sudah meninggalkanku?

“Kau terlalu asyik dengan pacarmu sampai tidak menyadari kalau kau hanya berduaan denganku di sini. Kalau Jae Shi melihat ini, dia pasti salah paham…”

“Menjauhlah dariku, Kim Ri Na…”

“Lihat aku…” ia memegang kedua pipiku dan memaksaku menatapnya. Ia cantik. Kuakui, ia memang cantik.

“Apakah aku cantik?” tanyanya.

“Ya…”

“Dan kenapa? Kenapa, baik kau, atau pun Dennies. Kenapa kalian memilih Jae Shi? Aku lebih cantik.  Semampai dan berisi. Sementara Jae Shi, mungil dan tidak secantik aku! Seharusnya kalian memilihku!” serunya marah, mulai membuka kancing bajunya yang teratas.

“Hentikan…” ujarku, menahan tangannya. “Wanita seharusnya melakukan ini dengan pria yang disukainya…”

Ia terdiam dan menatapku lama, membuatku jengah dan memalingkan wajahku ke samping.

“Han Geng…tatap aku…” ujarnya. Sesaat, suaranya terdengar seperti suara Jae Shi. Aku menoleh untuk menatapnya, dan di wajahnya, terdapat sorot mata yang begitu sedih. Dan kesepian…




-to be continued-

Tidak ada komentar: