Selasa, 08 Juli 2014

TRY MY LOVE 10

TRY MY LOVE 10

April 23, 2011 at 5:28pm

TRY MY LOVE
Chapter 10
Cast:
Author (Jesica) as Park Jae Shi
Han Geng as himself
Wei Li Zhi as herself
Ji Ro Wang
Dennies Oh
Kim Ri Na

(dialog dengan tanda * berarti berbahasa mandarin)

--Park Jae Shi, Raffles Hotel, 2010—

“Saat aku mengatakan perasaanku… Apa kau menatapku sebagai idola? Atau… sebagai lelaki??”

Kutatap wajah Han Geng yang terlihat serius menatapku. “Idola…” jawabku. Sejenak, wajah pria itu mengkeruh, tampak sakit hati. Astaga, apa yang kukatakan padanya?

“Ma-maksudku… aku melihatmu sebagai lelaki, tapi, kenyataan bahwa kau adalah seorang idola.. Itu tidak bisa hilang dari otakku…” cowok itu masih terdiam, menatapku, membuatku merasa tidak nyaman. “Maaf…” ujarku.

“Masih fifty fifty?” tanyanya. Dan ia menghela nafas sambil memakan mienya. “Besok, kau pulang, kan?”

“Ya…” sahutku. Han Geng tidak berkomentar lagi. Kami melanjutkan makan dalam diam. Sambil memakan mie-ku, bisa kurasakan tatapan matanya masih melekat ke arahku, debaran yang sama kembali menggangguku.



--Park Jae Shi, Wei’s house, 2010—

“Tidak usah mengantar sebenarnya…” ujarku sambil tersenyum. “Kalau kau terlalu baik padaku…” kubiarkan kalimatku menggantung di udara. Tidak mungkin kukatakan aku bisa semakin menyukainya.

“Justru itu yang kuharapkan!” tegasnya sambil membalas ucapanku. “Aku mau membuatmu semakin menyukaiku…” cowok itu, entah bagaimana berhasil menebak jalan pikiranku.

Jangan katakan itu lagi. “A-aku… mau ke dalam dulu, terima kasih ya…” ujarku, berlari meninggalkannya. Han Geng terlalu terkenal untukku. Dan aku? Aku hanya mengharapkan kisah cintaku yang biasa saja. Semenjak ia hadir dalam hidupku, semuanya berubah.

“Li Zhi?” panggilku.

Mereka tidak ada ruang tamu. Ruangan sepi dan kosong. “Jae Shi,” panggil Han Geng. sejak kapan ia di sampingku?  “Ada sms dari Ji Ro. Katanya, nyalakan televisi, channel 8…”

“Oh, baiklah…” kuraih remote televisi dan duduk di sofa. Han Geng mengambil tempat di sebelahku.

“*Pemirsa… selamat sore. Berikut ini breaking news terbaru, langsung dari lokasi.”

“Kalau aku tidak bisa memahaminya, tolong artikan untukku ya…” ujarku memohon. Aku paling anti sama siaran berita.

Han Geng tersenyum mengiyakan, tampak senang karena kuputuskan untuk mengandalkannya. Di sana, di layar televisi, tampak dua sosok yang sangat kukenal, judul headlinenya kalau diartikan kira-kira PENGUMUMAN RESMI KONFIRMASI HUBUNGAN.

Wanita pembawa berita mulai berceloteh panjang lebar dengan cepat. Kamera menyorot Li Zhi dan Ji Ro yang bergandengan tangan dan tersenyum satu sama lain sebelum akhirnya meraih mic dan bicara.

“*Saya sudah memutuskan untuk tidak lagi menutupi hubungan ini. Mungkin fans dan pers sudah tahu siapa gadis di sebelah saya. Namun, mulai hari ini, saya ingin meresmikan hubungan saya. Dengan Li Zhi, gadis yang saya cintai…”

Ji Ro meraih tangan Li Zhi untuk mengecupnya. “*Saya sudah bertunangan dengannya, atas persetujuan orang tua kami…” Mereka memamerkan cincin yang ada di jemari mereka. Sangat indah. “*Dan sesudah Li Zhi lulus kuliah, saya akan menikah dengannya…”

“*Li Zhi… aku mencintaimu…” ujar Ji Ro. Ia mendekatkan wajahnya ke Li Zhi, lalu menciumnya di depan umum. Sangat romantis.

“Mereka sangat hebat… Berani sekali…” komentarku sambil menahan nafas.

“Pembawa acara itu bilang, kemungkinan ada respon negatif dari para fans, tetapi sebagian besar juga mendoakan kebahagiaan mereka…”

“Syukurlah… Memang seharusnya begini…” sahutku sambil menyenderkan kepalaku ke sofa.

“Demi kebahagiaan kekasihku, akan kulakukan hal yang sama…” ujar Han Geng sambil menatapku tajam. Kupalingkan wajahku ke kiri, mencoba menghilangkan rasa panas di pipiku.

“Aku… mau kirim sms dulu ke Li Zhi…” ujarku. Di layar, mereka berdua masih menjawab pertanyaan dari para fans dan reporter yang hadir membanjiri tempat itu.

“Jae Shi…” Han Geng mengurungku dalam tangannya. Sekejap otakku mengingat adegan ciuman Si Won dan Dae Jia. Jantungku berdebar keras. “Maaf, aku menakutimu?” tanyanya, melepaskan kurungannya.

“Ma-maaf… aku yang…” mungkinkah reaksiku berlebihan? “Maaf…”

“Aku pulang dulu…”

“Hati-hati…” ujarku.

Tidak boleh, tidak bisa. Debaran ini, menggangguku. Sementara punggung Han Geng yang mengendarai motornya semakin menjauh, perasaanku semakin kacau balau.

Tiap kali berdekatan dengannya, jantungku berdebar begitu cepatnya, seakan ingin meledak. Dan sementara itu, Han Geng tampak biasa-biasa saja. Tidak sepadan. Perasaan kami… tidak akan sepadan…



--Wei  Li Zhi, Wei’s House, 2010--

“Jae Shi, aku pulang…” ujarku, melongokkan kepala dan tersenyum ketika Jae shi menyambutku dalam pelukan. “Aku sudah menerima sms mu tadi… Maaf, belum  sempat membalasnya…”

“Tidak apa-apa. Syukurlah! Syukurlah!” ia tertawa dan memelukku lagi. “Akhirnya Li zhi akan bahagia selamanya dengan Ji Ro!” serunya bangga.

Kami duduk di atas ranjang, menyenderkan kepala, dan masih mengobrol. “Terima kasih ya, kata Ji Ro, kau yang meyakinkannya untuk membahagiakanku…”

“Itu bukan apa-apa… Kurasa, ia memang masih menyukaimu…”

“Dan bagaimana dengan Han Geng? Mengingat Ji Ro mengirim sms padanya, kurasa tadi kalian berduaan. Apa yang terjadi?”

Jae Shi menutup wajahnya dengan tangan. “Ia mengatakan kalau ia menyukaiku… Apa yang harus kujawab?”

“Lagi?”

“Sebetulnya, Cuma bertanya, apa aku menganggapnya lelaki, atau idola…”

Membaca ekspresi Jae Shi, dengan heran aku menggeleng. “Jangan bilang kalau kau mengatakan idola padanya… Itu kan menyakitkan banget, Jae shi…”

“Aku tahu…” ia menutup wajahnya lagi. “Waktu kukatakan padanya kalau aku menganggapnya lelaki tapi masih mengingat kenyataan kalau ia idola… perasaanku masih sama bersalahnya…”

Kutatap wajah sahabatku yang entah kenapa gemar sekali membohongi perasaannya sendiri. “Kau takut. Iya kan? Apalagi melihat hubunganku dengan Ji Ro. Melihat fansnya.”

“Sudahlah, besok kita pulang. Dan dengan demikian, cinta sementara Han Geng juga akan menghilang…”

“Astaga, kau benar, besok kita pulang…” kutepuk kepalaku karena baru mengingatnya. “Eits, tapi belum tentu itu cinta sementara…”

“Kau sudah beres-beres untuk pulang besok?” tanya Jae shi sambil mengernyit bingung.

Kutepuk kepalaku lagi, ”Pantas saja tadi Ji Ro memaksaku menggelar acara konferensi pers hari ini juga. Entah kenapa otakku buntu karena masalah kami kemarin. Pantas saja tadi dia menyuruhku langsung tidur setelah beres-beres. Kupikir beres-beres apa. Aduhh… payah sekali diriku…”

Jae Shi tertawa kecil di sebelahku. Sambil tertawa, kulempar bantal kecil ke arahnya. Ia membalas dan kami sama-sama tertawa sampai puas. Liburan beberapa hari di Bei Jing kali ini sungguh bagaikan mimpi yang panjang.

Begitu Jae Shi tertidur, kuambil ponselku. Seperti biasa, ide hebat selalu muncul belakangan.



--Wei  Li Zhi, Bandara Internasional Capital Beijing (BCIA), 2010--

Akhirnya, kembali lagi ke tempat ini. Begitulah yang disebut kehidupan, kadang kala, kau berputar-putar hanya untuk kembali ke tempat yang sama.

Wajah Jae shi masih tampak muram. “Masih ada kesempatan kalau mau meneleponnya..” ujarku, menggenggam tangannya.

“Aku tidak mau merepotkan… Biar bagaimana pun, kehidupan kami kan terlalu berbeda…” cetusnya.

“Ih… keras kepala…” gerutuku. Kutatap Ji Ro yang berdiri di sampingku, memandangku penuh makna. “*Ayo dong, bantuin bujuk Jae shi…”

“*Han Geng benar menyukaimu, bukan simpati kok Jae Shi…” ujar Ji Ro pelan.

Jae Shi tersenyum dan menunduk. “*Aku tahu itu…” ia menghela nafas pelan. “Tapi sudah terlambat…”

“Belum!” seruku sambil mengambil ponsel yang digenggam Jae shi. “Ayo. Telepon dia! Untuk apa kau memasang foto kalian berdua kalau kau tidak menyukainya? Apa perasaanmu memang Cuma sedangkal itu?”

Jae Shi menggeleng, air mata berjatuhan di pelupuk matanya. “Aku… menyukainya…” ujarnya. Akhirnya! Sorakku dalam hati.

“Telepon dia!” seruku lagi. Sementara itu, pengumuman untuk para penumpang memasuki ruang tunggu sudah berkumandang di seantero bandara.

Tangan Jae Shi memencet tombol ponselnya dengan gemetar. Dengan gugup, aku menunggu.

“Geng?” tanya Jae Shi. Tangannya bergerak menghapus air matanya. “Aku Cuma mau bilang kalau aku… selama ini.. tidak jujur pada diriku sendiri… karena aku takut. Kau terkenal, superstar. Sedangkan aku hanya gadis biasa saja. Dan aku.. tidak berani mempercayai perasaanmu… Maaf ya… Aku… menyukaimu…”

“Yes!” aku dan Ji Ro menepukkan tangan kami dan kemudian melakukan tos karena senang.

“Eh? Apa?” Jae Shi menatap bingung pada layar ponselnya. “Kenapa dia bilang aku tidak boleh kemana-mana?”

“Entahlah,” jawabku sambil tersenyum penuh arti. Sementara itu, senyumku dan Ji Ro semakin melebar. Terutama ketika akhirnya Han Geng memeluk Jae Shi dari belakang. Bisa dibayangkan, betapa terkejutnya wajah Jae Shi.

“Aku sudah menunggu lama…” ujar Han Geng, tersenyum, dan menyenderkan kepalanya di bahu Jae Shi. Jae Shi menatap pria itu kaget, lalu ganti menatapku. Kemudian matanya menatapku seolah ia memahami bahwa ini salah satu rencanaku. Kejutan!!!

“Ayo. Kuantar ke ruang tunggu….” Ji Ro menarik tanganku lembut.

“Jae shi. Tenang saja. Aku jamin kau aman pulang bersama Han Geng. kutunggu ceritanya di Korea ya…” seruku sambil melambai dan pergi.

Tampaknya Jae shi tidak bisa menjawabku karena Han Geng masih memeluknya erat. Wajah mereka mendekat, dan kurasa, aku bisa membayangkan kelanjutannya.

“Tunggu!” sahutku, menarik lengan baju Ji Ro untuk memperlambat langkahnya.

Ji Ro mengambil posisi di sebelahku, sementara kupicingkan mataku untuk mempertajam penglihatanku. Di depan kami, seorang wanita tampak memakai kemeja putih dan jeans hitam ketat. Ia tampak modis seperti biasanya.

“Kenapa bisa ada Ri Na di sini?” bisikku bingung. Kenapa ia juga memasuki ruang tunggu ke Korea? Kenapa ia pulang? Bukankah seharusnya kuliahnya di China belum selesai? “Kuharap wanita itu tidak membuat masalah aneh lagi…”

“Cobalah berpikir lebih positif. Mungkin dia hanya libur sejenak…” Ji Ro tersenyum, mencoba menenangkanku.

“Ya,mungkin begitu…” Maksudku, semoga saja begitu.



-to be continued-

Tidak ada komentar: