SING OUT LOUD, LOVE3
by Patricia Jesica (Notes) on Tuesday, September 6, 2011 at 12:49pm
CHAPTER3
Cast:
Liana Wijaya as Kim Lee Ah
Kim Hyun Joong
Author as Kim Jae shi (Lee Ah’s younger sister)
Park Dae-jia (Admin Park)
Eric Moon
Choi Jong Hun (FT island)
Kim Dong Wan
―Jae Shi, Januari 2011, Park’s house―
“Aku mau bicara…” tukas Joong Hun tiba-tiba. Ia mencegatku tepat ketika kakiku hampir melangkah ke toilet.
“Ada apa?” Di sampingnya tidak ada gadis itu, perasaanku yang tadinya siaga dan was-was mulai mengendur.
“Sebentar saja….” Sekarang suaranya terdengar sedikit memaksa dan terburu-buru.
“Di sini saja…” tegasku. “Aku sudah mau pulang…”
“Tidak. Di tempat lain saja…” Joong-hun menarikku ke taman belakang. Tempat ini memang sepi. Tidak ada satu tamu pun berada di sini karena pestanya memang diadakan di dalam ruangan.
“Ada apa?” tanyaku.
“Soal yang tadi, aku minta maaf…” ia tersenyum masam. “Kau tahu, aku tidak ingin ada yang salah paham…”
“Tidak apa, aku paham…”
“Aku tidak membuatmu marah, bukan? Lalu, satu hal lagi. Pacarku sekarang sedang marah padaku karena tidak bisa berdansa dengannya tadi… Kuharap kau paham, dia memintamu untuk tidak muncul di hadapannya lagi…”
“Apa maksudmu?” bisa kurasakan nada suaraku berubah menjadi parau. “Kau tidak mau bicara denganku lagi? Selamanya?”
“Sementara ini…” Joong-hun meralat dengan sabar. “Dia sedang kesal. Kau bisa kan memahami itu? Jadi sekarang aku akan pulang…”
“Tidak perlu! Aku saja yang pulang!” seruku. “Jangan sampai pesta kalian yang menyenangkan jadi hancur karena aku!”
Biar si pengganggu ini saja yang pulang! Pikiran menyedihkan semacam itu membuat hatiku terasa sakit.
“Jae-shi…” Joong-hun menarik tanganku, lalu kutepis dengan perasaan terluka. Kecewa.
“Kau tahu? Rasanya aku malu sekali tadi… Kau menarik tanganmu, membuatku kelihatan tolol di panggung…” dengan kesal kugigit bibirku. “Dan aku juga marah! Kecewa! Gadis itu… dia bahkan tidak bisa mengenali tanganmu! Tapi kau menyukainya, aku bisa apa?”
“Dia hanya tidak mau melihat kita berduaan! Dia cemburu! Jangan egois, Jae-shi. Mengertilah…”
“Egois? Begitu, rupanya aku sudah menjadi si gadis egois di matamu. Tidak masalah…”
“Jangan lakukan ini, Jae-shi… Aku bisa membencimu…”
“Kau boleh sekalian membenciku. Tapi, kau jelas berubah Joong-hun. Mungkin kau mau menjaga perasaan pacarmu. Tapi di satu sisi, kau menyakitiku. Baiklah, mungkin dulu aku menyukaimu. Tapi sekarang, rasanya aku sudah cukup kecewa!”
“Jae-shi!”
“Sudahlah…” tolakku.
Aku berlari meninggalkan tempat itu. Lebih jauh lebih baik. Air mata memburamkan pandanganku. Kakiku terus berlari, membawaku ke tempat yang tidak kukenali. Sebuah gazebo kosong yang kelihatannya lama tidak tersentuh. Di rumah Dae-jia ternyata ada tempat seperti ini.
“Dasar Joong-hun jahat!” teriakku sambil menahan air mataku. Lalu semuanya tumpah dalam hitungan detik. Aku menangis keras di tempat itu, sendirian. Aku terluka, sendirian.
Kutengadahkan kepalaku menatap bintang. Aku menyukai bintang. Langit malam. Dan kegelapan. Semua karena Joong-hun pernah mengatakan padaku kalau ia menyukainya. Sekarang semua ini terasa menyiksa dan menyesakkanku.
Sebuah lagu berputar di otakku. Mulutku terbuka dan suaraku sendiri terdengar menyedihkan. Dulu Joong-hun yang mengatakan padaku kalau ia menyukai lagu ini. Dan sekarang aku menyanyikannya…
I see you, beside me
It's only a dream
A Vision of what used to be
The laughter, the sorrow
Pictures in time
Fading to memories
How could I ever let you go?
Is it too late to let you know?
I try to run from your side
But each place I hide
only reminds me of you
When i turn out all the lights
Even the night
only reminds me of you
Kenapa menyukai seseorang harus begini menyakitkan? Rasanya hampir semua hal yang ada bisa membuatku teringat padanya. Bahkan malam tanpa bintang sekalipun. Kenangan terkecil sekalipun, semuanya membuatku semakin terluka.
I needed my freedom
That’s what I thought
But I was a fool to believe
My heart lied when you cried
Rivers of tears
But I was too blind to see
Everything we’ve been through before
Now it means so much more
Only you...
So come back to me
I'm down on my knees
Boy can’t you see...
How could I ever let you go
Is it too late to late to let you know
..only reminds me of you..
Sebuah tepukan tangan membuyarkan lamunanku. Siapa yang baru saja mendengarku bernyanyi? Astaga, bukankah ini memalukan? Aku berteriak-teriak di halaman belakang rumah Dae-jia―tepatnya di sebuah gazebo―dan seseorang mendengarnya!
“Siapa?” tanyaku, merasa kalut. Kakiku sudah bersiap untuk kabur dari tempat itu.
―Lee Ah, Januari, 2011, Apartemen―
Begitu tiba di rumah, hal pertama yang kulakukan adalah membuka album masa kecil kami dulu. Perkataan pria tadi itu benar-benar menggangguku. Hyun-joong menemaniku menghabiskan dua tahun di panti. Tidak banyak foto di antara kami berdua.
Apakah benar… dia adalah Hyun-joong yang dulu? Pertama kali kami bertemu ketika aku sedang menyanyikan lagu yang diajarkan Mamaku. Ingatkah dia akan hal itu? Seandainya masih bisa bertemu dengannya, akan kutanyakan soal lagu itu padanya.
Jam dinding menunjukkan pukul tujuh. Oh, acara radio itu! Tanganku otomatis meraih ponsel. Kukenakan headset di telingaku dan memutuskan untuk mendengarkan acara radio yang disebut-sebut Hyun-joong tadi.
“Astaga… jadi kalian akan mengeluarkan single baru? Segera?” tanya si penyiar radio.
“Ya, kami hanya sedang mencari seorang penyanyi baru potensial untuk direkrut. Single kali ini akan sangat romantis. Leader kami akan berduet dengan wanita yang dimaksud pada bagian refren….” Sepertinya itu suara Young Saeng.
“Apakah benar demikian? Mengapa kalian tidak mencari penyanyi wanita yang satu label―sama-sama tergabung di DSP Entertainment―dengan kalian?” tanya si pembawa acara lagi.
“Kebetulan memang manajemen menginginkan untuk merekrut penyanyi baru yang bisa membawa penampilan yang segar di panggung Korea,” jawab Hyun-joong. “Dan diharapkan dengan adanya event ini, bisa sekaligus membuka kesempatan itu…”
“Leader kami sendiri akan ikut memilih wanita yang dimaksud. Hati-hati saja, wanita itu mungkin akan menjadi target selanjutnya…” canda Jung Min.
“Ah… bagian yang barusan sebaiknya tidak perlu disiarkan,” sela Hyun-joong.
“Sayangnya ini disiarkan secara live…”
“Ahh… apa boleh buat.”
Aku tertawa sedikit membayangkan ekspresi Hyun-joong ketika digoda teman-temannya. Sejenak aku terdiam. Ini bukan perasaan yang asing, melainkan sangat familiar. Benarkah ini Hyun-joong yang itu?
“Kau beruntung bukan aku dan Youg Saeng yang membawakan acara radio. Kalau ini acara yang kami bawakan di Young Street, kami akan mengupas habis-habisan semua gossip itu. hahaha…” terdengar tawa jahil Jung Min. “Aku rasa hal itu akan meningkatkan rating. Semua pendengar wanita pasti puas…”
“Kalian jangan malah mempromosikan acara kalian dong…” canda si pembawa acara. “Baiklah. Lagu apa yang yang akan kalian nyanyikan untuk semua pendengar kita malam ini?”
“Awalnya kami ingin menyanyikan lagu kami yang terkenal di film BOF, berjudul Because I’m stupid. Tapi sepertinya leader punya pilihan lain…” tukas Hyung-joon baby dengan suaranya yang manis.
“Oh ya? Lagu apa yang akan kalian nyanyikan kalau begitu?”
“Ur Man…” jawab Hyun-joong. Mendadak jantungku berdebar. Kenapa lagu itu yang dipilihnya? Masa sih karena hal tadi sore itu…
“Kenapa? Ada alasan tertentu?” tanya si pembawa acara.
“Ya, dia menyanyikannya untuk alasan yang aneh. Katanya ada seseorang yang menyukai lagu itu…” celetuk Kyu-joong tiba-tiba. “Tapi orang itu dirahasiakan dari kami…”
Hah? Apa aku tidak salah dengar…. Tidak mungkin bukan? Apakah yang dimaksud dengan seseorang itu memang aku?
“Tidak perlu ada kehebohan…” sela Hyun-joong dengan tawa grogi. “Baiklah, mari kita mulai saja…”
Tak lama irama pembuka lagu Ur Man mulai mengalun. Bersamaan dengan itu, kenangan tentang masa kecilku bersama Hyun-joong seolah terulang di benakku. Walau merasa tidak yakin, tapi firasatku mengatakan dialah Hyun-joong temanku.
jeonhwagildasi naeryeonoko
kkottabal gaseume mudeodugo
bamsaewo sseodunpyeonjido biejeoksyeo naerinechangmuneul tto yeoreobogo
geudae ireumeul bulleodo
daedabeomneun belsoriman gwitgae deulline
translate:
Putting down the phone again
Keeping the bouquet of flowers in my heart
The letter that I wrote through the whole night was dampened by the rain
I opened the window to see again
I shouted your name
Listening to the ringing tone with no response at the rim of my ear
Selama music mengalun, tanpa sadar air mataku menetes jatuh. Aku benar-benar ingin bertemu lagi dengannya. Hyun-joong… bagaimana caranya bisa bertemu dengannya? Tidak mungkin sembarang orang bisa bertemu dengannya.
Sebuah ide gila melintas di benakku. Mereka berkata akan merkerut seorang wanita untuk berduet dengan Hyun-joong. Selain itu, Hyun-joong sendiri akan turun tangan untuk memilih wanita itu. Jadi, walaupun tidak terpilih, aku akan mencoba mengikuti audisi itu untuk bisa menemuinya.
Tentu saja aku tidak yakin akan terpilih. Mamaku dulu sebelum meninggal adalah seorang penyanyi yang cukup terkenal. Namun aku sebagai putrinya tidak cukup yakin telah mewarisi bakat itu. Walaupun aku dan Jae-shi senang menghabiskan waktu untuk karaoke berdua, hal ini jelas berbeda dengan menjadi penyanyi untuk karirku!
Sesaat hatiku dilanda dilemma dan ketidak yakinan. Namun, acara radio ini seolah bukan kebetulan untukku. Dan pertemuan dengan Hyun-joong jelas seperti takdir. Akan kemana takdir ini menuntunku nanti, aku tidak tahu. Yang jelas, aku harus mencoba menjalaninya!
To be continued-
*music lyric:
Only Reminds me of you, AZ lyrics: Many thanks to chym for these LyricZZ
Ur Man, credit: aheeyah.com
http://www.facebook.com/notes/patricia-jesica/sing-out-loud-love3/10150273147160806
Cast:
Liana Wijaya as Kim Lee Ah
Kim Hyun Joong
Author as Kim Jae shi (Lee Ah’s younger sister)
Park Dae-jia (Admin Park)
Eric Moon
Choi Jong Hun (FT island)
Kim Dong Wan
―Jae Shi, Januari 2011, Park’s house―
“Aku mau bicara…” tukas Joong Hun tiba-tiba. Ia mencegatku tepat ketika kakiku hampir melangkah ke toilet.
“Ada apa?” Di sampingnya tidak ada gadis itu, perasaanku yang tadinya siaga dan was-was mulai mengendur.
“Sebentar saja….” Sekarang suaranya terdengar sedikit memaksa dan terburu-buru.
“Di sini saja…” tegasku. “Aku sudah mau pulang…”
“Tidak. Di tempat lain saja…” Joong-hun menarikku ke taman belakang. Tempat ini memang sepi. Tidak ada satu tamu pun berada di sini karena pestanya memang diadakan di dalam ruangan.
“Ada apa?” tanyaku.
“Soal yang tadi, aku minta maaf…” ia tersenyum masam. “Kau tahu, aku tidak ingin ada yang salah paham…”
“Tidak apa, aku paham…”
“Aku tidak membuatmu marah, bukan? Lalu, satu hal lagi. Pacarku sekarang sedang marah padaku karena tidak bisa berdansa dengannya tadi… Kuharap kau paham, dia memintamu untuk tidak muncul di hadapannya lagi…”
“Apa maksudmu?” bisa kurasakan nada suaraku berubah menjadi parau. “Kau tidak mau bicara denganku lagi? Selamanya?”
“Sementara ini…” Joong-hun meralat dengan sabar. “Dia sedang kesal. Kau bisa kan memahami itu? Jadi sekarang aku akan pulang…”
“Tidak perlu! Aku saja yang pulang!” seruku. “Jangan sampai pesta kalian yang menyenangkan jadi hancur karena aku!”
Biar si pengganggu ini saja yang pulang! Pikiran menyedihkan semacam itu membuat hatiku terasa sakit.
“Jae-shi…” Joong-hun menarik tanganku, lalu kutepis dengan perasaan terluka. Kecewa.
“Kau tahu? Rasanya aku malu sekali tadi… Kau menarik tanganmu, membuatku kelihatan tolol di panggung…” dengan kesal kugigit bibirku. “Dan aku juga marah! Kecewa! Gadis itu… dia bahkan tidak bisa mengenali tanganmu! Tapi kau menyukainya, aku bisa apa?”
“Dia hanya tidak mau melihat kita berduaan! Dia cemburu! Jangan egois, Jae-shi. Mengertilah…”
“Egois? Begitu, rupanya aku sudah menjadi si gadis egois di matamu. Tidak masalah…”
“Jangan lakukan ini, Jae-shi… Aku bisa membencimu…”
“Kau boleh sekalian membenciku. Tapi, kau jelas berubah Joong-hun. Mungkin kau mau menjaga perasaan pacarmu. Tapi di satu sisi, kau menyakitiku. Baiklah, mungkin dulu aku menyukaimu. Tapi sekarang, rasanya aku sudah cukup kecewa!”
“Jae-shi!”
“Sudahlah…” tolakku.
Aku berlari meninggalkan tempat itu. Lebih jauh lebih baik. Air mata memburamkan pandanganku. Kakiku terus berlari, membawaku ke tempat yang tidak kukenali. Sebuah gazebo kosong yang kelihatannya lama tidak tersentuh. Di rumah Dae-jia ternyata ada tempat seperti ini.
“Dasar Joong-hun jahat!” teriakku sambil menahan air mataku. Lalu semuanya tumpah dalam hitungan detik. Aku menangis keras di tempat itu, sendirian. Aku terluka, sendirian.
Kutengadahkan kepalaku menatap bintang. Aku menyukai bintang. Langit malam. Dan kegelapan. Semua karena Joong-hun pernah mengatakan padaku kalau ia menyukainya. Sekarang semua ini terasa menyiksa dan menyesakkanku.
Sebuah lagu berputar di otakku. Mulutku terbuka dan suaraku sendiri terdengar menyedihkan. Dulu Joong-hun yang mengatakan padaku kalau ia menyukai lagu ini. Dan sekarang aku menyanyikannya…
I see you, beside me
It's only a dream
A Vision of what used to be
The laughter, the sorrow
Pictures in time
Fading to memories
How could I ever let you go?
Is it too late to let you know?
I try to run from your side
But each place I hide
only reminds me of you
When i turn out all the lights
Even the night
only reminds me of you
Kenapa menyukai seseorang harus begini menyakitkan? Rasanya hampir semua hal yang ada bisa membuatku teringat padanya. Bahkan malam tanpa bintang sekalipun. Kenangan terkecil sekalipun, semuanya membuatku semakin terluka.
I needed my freedom
That’s what I thought
But I was a fool to believe
My heart lied when you cried
Rivers of tears
But I was too blind to see
Everything we’ve been through before
Now it means so much more
Only you...
So come back to me
I'm down on my knees
Boy can’t you see...
How could I ever let you go
Is it too late to late to let you know
..only reminds me of you..
Sebuah tepukan tangan membuyarkan lamunanku. Siapa yang baru saja mendengarku bernyanyi? Astaga, bukankah ini memalukan? Aku berteriak-teriak di halaman belakang rumah Dae-jia―tepatnya di sebuah gazebo―dan seseorang mendengarnya!
“Siapa?” tanyaku, merasa kalut. Kakiku sudah bersiap untuk kabur dari tempat itu.
―Lee Ah, Januari, 2011, Apartemen―
Begitu tiba di rumah, hal pertama yang kulakukan adalah membuka album masa kecil kami dulu. Perkataan pria tadi itu benar-benar menggangguku. Hyun-joong menemaniku menghabiskan dua tahun di panti. Tidak banyak foto di antara kami berdua.
Apakah benar… dia adalah Hyun-joong yang dulu? Pertama kali kami bertemu ketika aku sedang menyanyikan lagu yang diajarkan Mamaku. Ingatkah dia akan hal itu? Seandainya masih bisa bertemu dengannya, akan kutanyakan soal lagu itu padanya.
Jam dinding menunjukkan pukul tujuh. Oh, acara radio itu! Tanganku otomatis meraih ponsel. Kukenakan headset di telingaku dan memutuskan untuk mendengarkan acara radio yang disebut-sebut Hyun-joong tadi.
“Astaga… jadi kalian akan mengeluarkan single baru? Segera?” tanya si penyiar radio.
“Ya, kami hanya sedang mencari seorang penyanyi baru potensial untuk direkrut. Single kali ini akan sangat romantis. Leader kami akan berduet dengan wanita yang dimaksud pada bagian refren….” Sepertinya itu suara Young Saeng.
“Apakah benar demikian? Mengapa kalian tidak mencari penyanyi wanita yang satu label―sama-sama tergabung di DSP Entertainment―dengan kalian?” tanya si pembawa acara lagi.
“Kebetulan memang manajemen menginginkan untuk merekrut penyanyi baru yang bisa membawa penampilan yang segar di panggung Korea,” jawab Hyun-joong. “Dan diharapkan dengan adanya event ini, bisa sekaligus membuka kesempatan itu…”
“Leader kami sendiri akan ikut memilih wanita yang dimaksud. Hati-hati saja, wanita itu mungkin akan menjadi target selanjutnya…” canda Jung Min.
“Ah… bagian yang barusan sebaiknya tidak perlu disiarkan,” sela Hyun-joong.
“Sayangnya ini disiarkan secara live…”
“Ahh… apa boleh buat.”
Aku tertawa sedikit membayangkan ekspresi Hyun-joong ketika digoda teman-temannya. Sejenak aku terdiam. Ini bukan perasaan yang asing, melainkan sangat familiar. Benarkah ini Hyun-joong yang itu?
“Kau beruntung bukan aku dan Youg Saeng yang membawakan acara radio. Kalau ini acara yang kami bawakan di Young Street, kami akan mengupas habis-habisan semua gossip itu. hahaha…” terdengar tawa jahil Jung Min. “Aku rasa hal itu akan meningkatkan rating. Semua pendengar wanita pasti puas…”
“Kalian jangan malah mempromosikan acara kalian dong…” canda si pembawa acara. “Baiklah. Lagu apa yang yang akan kalian nyanyikan untuk semua pendengar kita malam ini?”
“Awalnya kami ingin menyanyikan lagu kami yang terkenal di film BOF, berjudul Because I’m stupid. Tapi sepertinya leader punya pilihan lain…” tukas Hyung-joon baby dengan suaranya yang manis.
“Oh ya? Lagu apa yang akan kalian nyanyikan kalau begitu?”
“Ur Man…” jawab Hyun-joong. Mendadak jantungku berdebar. Kenapa lagu itu yang dipilihnya? Masa sih karena hal tadi sore itu…
“Kenapa? Ada alasan tertentu?” tanya si pembawa acara.
“Ya, dia menyanyikannya untuk alasan yang aneh. Katanya ada seseorang yang menyukai lagu itu…” celetuk Kyu-joong tiba-tiba. “Tapi orang itu dirahasiakan dari kami…”
Hah? Apa aku tidak salah dengar…. Tidak mungkin bukan? Apakah yang dimaksud dengan seseorang itu memang aku?
“Tidak perlu ada kehebohan…” sela Hyun-joong dengan tawa grogi. “Baiklah, mari kita mulai saja…”
Tak lama irama pembuka lagu Ur Man mulai mengalun. Bersamaan dengan itu, kenangan tentang masa kecilku bersama Hyun-joong seolah terulang di benakku. Walau merasa tidak yakin, tapi firasatku mengatakan dialah Hyun-joong temanku.
jeonhwagildasi naeryeonoko
kkottabal gaseume mudeodugo
bamsaewo sseodunpyeonjido biejeoksyeo naerinechangmuneul tto yeoreobogo
geudae ireumeul bulleodo
daedabeomneun belsoriman gwitgae deulline
translate:
Putting down the phone again
Keeping the bouquet of flowers in my heart
The letter that I wrote through the whole night was dampened by the rain
I opened the window to see again
I shouted your name
Listening to the ringing tone with no response at the rim of my ear
Selama music mengalun, tanpa sadar air mataku menetes jatuh. Aku benar-benar ingin bertemu lagi dengannya. Hyun-joong… bagaimana caranya bisa bertemu dengannya? Tidak mungkin sembarang orang bisa bertemu dengannya.
Sebuah ide gila melintas di benakku. Mereka berkata akan merkerut seorang wanita untuk berduet dengan Hyun-joong. Selain itu, Hyun-joong sendiri akan turun tangan untuk memilih wanita itu. Jadi, walaupun tidak terpilih, aku akan mencoba mengikuti audisi itu untuk bisa menemuinya.
Tentu saja aku tidak yakin akan terpilih. Mamaku dulu sebelum meninggal adalah seorang penyanyi yang cukup terkenal. Namun aku sebagai putrinya tidak cukup yakin telah mewarisi bakat itu. Walaupun aku dan Jae-shi senang menghabiskan waktu untuk karaoke berdua, hal ini jelas berbeda dengan menjadi penyanyi untuk karirku!
Sesaat hatiku dilanda dilemma dan ketidak yakinan. Namun, acara radio ini seolah bukan kebetulan untukku. Dan pertemuan dengan Hyun-joong jelas seperti takdir. Akan kemana takdir ini menuntunku nanti, aku tidak tahu. Yang jelas, aku harus mencoba menjalaninya!
To be continued-
*music lyric:
Only Reminds me of you, AZ lyrics: Many thanks to chym for these LyricZZ
Ur Man, credit: aheeyah.com
http://www.facebook.com/notes/patricia-jesica/sing-out-loud-love3/10150273147160806
Tidak ada komentar:
Posting Komentar