Selasa, 26 Maret 2013
Kasih Ibu Yang Tak Pernah Berhenti Mencintai Anaknya
Kasih Ibu Yang Tak Pernah Berhenti Mencintai Anaknya
KISAH
INI DIPERSEMBAHKAN KEPADA SEMUA IBU YANG TAK PERNAH BERHENTI MENCINTAI
ANAK-ANAKNYA
Karena tidak ada kasih sayang yang sesungguhnya abadi dalam pikiran kita
selain kasih sayang seorang ibu yang selalu kita ingat sampai kita
berakhir nanti.
Dalam hidup, kita memiliki banyak kasih sayang. Kasih sayang yang
mungkin bagi sebagian orang hanya sesaat tapi bagi yang lain menjadi
abadi selamanya.
Seperti kisah ini, kisah kasih sayang seorang ibu yang aku harapkan
pernah terjadi dalam pada hidup kalian tapi tidak kalian sia-siakan.
Ingatlah, Kasih sayang seorang ibu tidak akan pernah berhenti ia berikan
dalam keadaan apapun. Semoga kisah ini menyadarkan kalian betapa penting
arti ibu dalam hidup kalian.
Aku punya seorang ibu, dalam usia yang muda, ia melahirkanku karena
pernikahannya yang muda. Ayah dan ibu hidup bahagia dan melahirkan aku
yang manja dan serba hidup cukup.
Sampai umurku 7 tahun, aku selalu mendapatkan apapun yang aku inginkan.
Untungnya aku pintar sehingga selalu menjadi juara kelas. Kata guruku
sih, aku ini jenius sehingga walaupun tanpa belajar pun nilai ujian di
kelasku selalu mendapatkan nilai A.
Kebahagiaan yang aku rasakan dan kemewahan yang aku rasakan semua
tiba-tiba menjadi sirna ketika ayah mengalami kecelakaan.
Ia meninggal dan meninggalkan hutang yang begitu besar. Aku tidak pernah
siap miskin tapi tidak dengan ibu.
Kami kehilangan rumah dan harus tinggal dirumah susun murah yang hanya
memiliki satu ruangan dengan satu kamar.
Ibu tau, aku pintar dan tidak seharusnya berhenti sekolah, karena
penikahan yang muda dan ditentang keluarga akhirnya ibu terusir dari
keluarganya.
Sedangkan orang tua ayah, sudah tak ada siapapun yang mau membantu
kehidupan kami.
Setelah menjual segala perhiasan yang ia miliki. Ibu memiliki ide untuk
berjualan bakmi ayam. Saat itu umurku 13 tahun. Ia masih harus
menanggung hutang-hutang ayah yang harus ia bayar.
“ Ibu akan berjualan bakmi untuk membantu kehidupan kita. Angel
bantu-bantu.. ibu ya?”
Aku terdiam dan rasanya tidak menyukai ide ibu.
“ ibu akan jualan bakmi dimana? Memangnya ibu bisa buat bakmi?” tanyaku.
“ Loh dulu nenek ibu kan dagang bakmi, jadi ibu tau resepnya. lalu
mungkin ibu berdagang di depan jalan besar depan komplek. Disitu banyak
orang yang kerja di pasar. Kali-kali saja laris. Sehingga kamu bisa
tetap sekolah.”
“ Aku gak mau.. aku malu. Ibu saja yang jualan, aku gak mau bantu..”
“ Ya nak, kamu gak usah bantu ibu, kamu cukup belajar yang giat dan ibu
yang nantinya akan bekerja..besok ibu akan pergi ke sekolah kamu untuk
mencoba meminta beasiswa..”
Aku senang ibu tidak mengharapkan aku berjualan bersamanya. Apa jadinya
kata orang tentangku.
Ibu memiliki gerobak bakmi yang ia beli bekas dan setiap pagi ia akan
mendorong gerobak itu ke lapak tempatnya berjualan lalu sepagi mungkin
sebelum matahari terbit ia sudah tidak ada di rumah ketika aku bangun.
Ia tidak pernah memintaku untuk berjualan tapi terkadang aku membantunya
untuk sekedar memotong bawang putih dan hanya tugas-tugas mudah di dalam
rumah yang terpenting aku tidak sudi ikut berdagang dengan ibu.
Teman-temanku, mungkin tau. Kalau ayahku telah meninggal. Tapi mereka
tidak pernah tau kalau keluargaku jatuh miskin.
Ibu berhasil mendapatkan beasiswa untukku sehingga aku tidak perlu
membayar uang sekolah sampai aku lulus smp nanti.
Tapi kehidupan sekolah yang aku rasakan berbeda dengan saat ayah ada
dulu. Kini aku jarang sekali makan dikantin. Aku membawa bakmi buatan
ibu setiap hari yang membuatku bosan, ketika teman-teman mengajakku
makan. Aku selalu berkata.
“ Aku lagi gak mau makan di kantin, gak mood” atau “ aku sedang diet”
padahal aku tidak mempunyai uang.
Tapi, kalau aku lagi beruntung, bila seorang teman yang sedang ulang
tahun, maka tanpa ragu aku akan membuang bakmi buatan ibuku dengan
makanan kantin traktiran. Karena aku juga pintar, aku tau bagaimana
memanfaatkan teman-temanku yang bodoh. Sekedar untuk membuatkan atau
mengerjakan PR Sekolah, itu bisa membuatku memiliki uang saku.
Ibu tidak akan memberikan uang jajan lebih padaku. Ia hanya menjatahku
5000 sehari dan bisa dibayangkan bagaimana aku hidup dengan uang sekecil
itu.
Agar teman-temanku tidak pernah tau ibuku berjualan bakmi. Aku selalu
menghindar saat melihat ibu berdagang di jalanan pasar.
Aku mencari jarak yang lebih jauh untuk berputar sampai ke belakang
jalan rumah susunku yang jelek. Karena daerah kumuh, tentu saja
teman-temanku tidak akan selevel untuk menuju kesana.
Kalaupun ingin mengerjakan tugas rumah. Ya aku menuju rumah mereka,
setelah puas tidur di ranjang empuk sahabatku. Aku pulang dan menderita
bersama kasur keras rumahku.
Ibu walau bekerja dari pagi hingga sore hari. Ia tidak pernah berhenti
untuk bertanya tentang pekerjaan sekolahku.
Ia tetap memperhatikan diriku dan entah mengapa sejak menjadi miskin
seperti ini hubungan kami menjadi dingin, aku tetap berpendapat kematian
ayah dikarenakan oleh ibu atas kesalahan ini.
kalau saja saat itu, ia tidak meminta ayah menjemputnya di salon. Ayah
tidak akan mengalami kecelakaan. Jadi sejak miskin seperti ini.. Aku
hanya selalu menjawab sepatah kata ketika ia bertanya.
Kemiskinan kami berjalan sampai akhirnya aku duduk bangku sekolah
menengah umum dan lulus dengan nilai yang baik sehingga mendapatkan
beasiswa di sekolah sma favorit. Untuk membeli baju sekolah baru saja
ibu tidak mampu karena masih harus membayar hutang ayah. Ia malah
menerima sumbangan dari tetangga kami yang kebetulan sudah lulus sma dan
memberikan pakaian itu padaku.
“ Aku gak mau pakai baju bekas. Mending aku gak usah sekolah.”
“ Angel, kamu harus paham keadaan kita. Pakailah baju ini untuk sekolah,
untuk sementara sampai ibu bisa memberikan yang baru.”
“ Dari dulu juga ibu selalu bilang ingin beli ini itu?, tapi
ujung-ujungnya bohong. Kenapa sih bu? kita jadi semiskin ini, kalau ayah
masih ada! Ia ga mungkin kasih aku baju bekas kayak gini” teriak aku
kasar dan meninggalkan rumah.
“ Angel mau kemana?”
“ Mau cari angin. Bosan sama keadaan rumah yang miskin kayak gini !
Jika aku marah, ibu tidak akan marah padaku. Entah berapa banyak keluhan
dan kemarahan yang aku lakukan untuknya. Yang aku tau, aku hanya ingin
hidup kami seperti dulu. Tidak sesulit dan semiskin ini. Tuhan rasanya
tidak pernah adil dengan hidupku, ia seperti mempermainkan aku.
Sekolah baruku ini lebih nyaman dengan keadaanku karena semua anak-anak
di sekolahku anak baru yang tidak tau latar belakangku, walaupun sekolah
ini masih khusus bagi mereka anak-anak mampu. Sebagian dari anak-anak di
kelas mungkin menyukaiku tapi yang lainnya terkadang memandangku dengan
aneh. Terkadang aku mendengar bisikan yang cukup membuat telingaku panas.
“ Itu si Angel, orang tuanya mampu gak sih? kok bajunya dekil ya..
emangnya sekolah ini terima anak kayak gitu ya “kata Agnes kepada
teman-temannya.
“ Dengar-dengar sih dapat sekolah gini karena beasiswa” ujar teman agnes
sengaja saat aku lewat.
Aku ingin marah mendengar mereka bergosip tapi aku lebih berpikir cerdik
untuk tidak meladenin omongan mereka daripada apa yang mereka bicarakan
semakin meluas karena aku tanggapi. Sepulang sekolah, aku menangis.
Tidak terima dengan kata-kata temanku. Ibu kebetulan sedang pulang
mengambil bakmi yang habis.
“ Angel hari ini dagangan ibu habis loh,, ibu senang banget” kata ibu
padaku dan ia tiba-tiba melihatku menangis.
“ Kenapa kamu nangis..”
“ Emang ibu peduli? Ibu mana peduli sama hidup aku”
“ Kenapa bilang begitu..”
“ Aku malu bu, semua orang ledekin baju dekil ini..aku gak mau sekolah
lagi besok?”
Ibu hanya menghela nafas. Kemudian pergi setelah mengambil bakmi di
kulkas. Ia menutup pintu dengan air mata.
Ia berdagang tanpa semangat. Menghitung setiap uang yang ia dapatkan
dari semangkok bakmi yang terjual. Menyisakan sebagian untuk modal besok.
Ia bangun pagi sekali untuk membeli sayur dan kebutuhan berjualan bakmi.
Bahkan aku rasa ia hanya tidur 3 jam untuk sehari-harinya. Wajahnya yang
cantik dulu kini menjadi tidak terawat. Ia menjadi saat buruk dengan
tambahan kantung hitam dibawah matanya.
Suatu malam saat aku tertidur, ibu pulang dengan keadaan pincang. Ia
seperti kelelahan membawa barang barang belajaan dipasar. Ia mengelus
ngelus kakinya. Aku memperhatikannya.
“ Ibu kenapa?”
“ Jatuh saat ke pasar. Licin. Sakit sekali.. rasanya terseleo besok ibu
coba urut..”
“ kalau gitu gak usah lagi ke pasar. Uda tau licin dan jorok. Beli aja
di supermarket”
“ kalau gak beli disana. Ibu ga ada untung angel, disana lebih murah..”
“ terserah ibu.”
“ besok bantu itu dorong grobak ya ke lapak..”
Aku tidak menjawab dan tertidur. Keesokan paginya, saat aku terbangun
aku melihat ibu mendorong gelobak dengan kaki yang kesakitan. Aku ingin
membantu tapi tiba-tiba ada agnes dan kawan-kawan yang sedang berjalan.
Karena tidak ingin malu, aku pun memutuskan untuk langsung pergi ke
sekolah. Saat di kelas. Agnes dan kawan-kawan menikmati bakmi. Bakmi
yang aku tau itu ia beli dari ibuku.
“ Bakminya enak ya? Besok beli lagi yuk. Ada yang mau nitip?”
“ Beli dimana sih? “ Tanya teman yang lain.
“ Tuh di ibu pincang.. di depan jalan rumah susun pasar.”
Aku jadi was-was kalau sampai tau mereka membeli bakmi itu dari ibuku.
Ketika pulang aku meminta ibu untuk tidak jualan besok. Tapi ibu menolak
karena tidak memiliki alasan untuk itu. Aku marah dan memutuskan pergi
dari rumah malam itu. Di jalan aku bertemu dengan seorang anak yang aku
rasa tinggal di rumah susun. Ia bernama Aji. Ia manawarkan aku botol
aqua saat aku termenung di teras lantai rumah susun.
“ Kok bengong, neh minum..” tawarnya dan aku terdiam.
“ Masih di segel kok aman. Loe anaknya sini ya? Gua temannya tetangga
loe. Kita satu sekolah kok, Cuma bedanya gua uda kelas 3 loe masih kelas
1, kebetulan gua lagi ke rumah saudara gua disini dan liat loe.. ”
Aku menerima minuman itu dan mulai merasa nyaman dengan aji.
“ Namanya siapa kalau boleh tau. Kok malam-malam gini diteras rumah
susun sendirian?””
“ Angel, gua kalau lagi BT ya disini.. dan gua emang tinggal disini gak
masalah kan?“
“ Ngak masalah lah? Emang kenapa kalau tinggal disini?”
“ Kirain masalah..?”
“Oh pasti ada masalah ya. Mau cerita?”
Aku tidak bercerita padanya tapi akhirnya memiliki sahabat baru yang
bisa membuatku nyaman malam itu. Keesokan paginya. Aku duduk di kelas
sambil mengerjakan tugas teman-teman sekolahku. Lumayan untuk membantu
uang jajanku. Tiba-tiba agnes berada di kelas bersama teman-teman genknya,
“ Ngomong-ngomong, di sekolah ini yang namanya angel itu ada berapa ya?
Katanya ibu bakmi itu punya anak sekolah disini namanya angel loh.. “
“ Ibu bakmi yang mana?”
“ Ibu bakmi yang tadi pagi kita makan, yang pincang itu..”
“ Atau jangan-jangan angel yang ibu pincang itu maksud si..” kata mereka
meliriku.
Aku langsung meninggalkan kelas. Apa jadinya hidupku kalau anak-anak
satu sekolah ini tau kalau aku anak pedagang bakmi. Saat aku di taman,
aji tiba-tiba muncul.
“ kenapa sih setiap gua ketemu loe. Loe itu mukanya kok bt selalu?”
“ gua agak sebel sama teman-teman di kelas, suka banget gossip.. jadi ga
mood aja”
“ gosiipin loe..?”..” begitulah..” jawabku.
“ cuekin aja kalau gossip aja mah.. namanya gossip kan ga tentu benar.
Bawa asyik aja. Eh ngomong-ngomong, kalau mau pulang sekolah nonton gimana?”
“ hm…?” kataku ragu. “ gua traktir.. tenang aja”
Dan akhirnya pulang sekolah kami pun berangkat nonton. Rasanya kehadiran
aji membuat aku lebih memiliki banyak hal yang baik. Ia membuat aku
merasa lebih dihargai kebanding teman-temanku yang norak dan hobbynya
bergosip. Aku pulang ke rumah dan saat itu ibu melihatku bersama aji
saat ia menurunkan aku dari motornya. Ia mendekatiku.
“ siapa angel?”
“ tante aku aji, teman sekolah Angel..” kata aji.
“oh iya, aku ibu angel..” kata ibu dan aku hanya terdiam,
“ kalian lapar? Kalau lapar bisa makan bakmi di tempat dagang tante…”
kata ibu dan aku terkejut marah
“ aku gak lapar. Aku mau pulang aja..”
“ tante dagang bakmi..?” Tanya aji pada ibu.
“ ia dekat depan sini, ayo dicoba siapa tau bisa promosi ke teman-teman..”
“ apa-apaan sih ibu. “ kataku dan meninggalkan mereka berdua.
Aji dan ibu hanya saling menatap.
“ maafin ya, si angel sifatnya agak gampang marah, kalau kamu gak sempat
makan bakmi buatan tante bisa besok atau kapan-kapan saja..”
“ iya tante..”
Aku merasa marah karena ibu menawarkan bakmi kepada aji. Seharusnya aji
tidak perlu tau ibu berdagang bakmi. Aku tidak bicara seharian dengan
ibu aku jadi bingung bagaimana sekarang menghadapi aji yang pasti
bertanya-tanya tentang ibuku.
Keesokan paginya sebelum sekolah, Agnes dan kawan-kawan sudah muncul di
lapak bakmi ibu.
“ ibu aku mau Tanya. Anak ibu yang sekolah ditempat kami itu. Angel yang
anak kelas 1 kan, itu yang mana sih orangnya?”
“ oh.. anak ibu yang tinggi dan rambutnya panjang. Tunggu sebentar. Di
dompet ada fotonya..siapa tau kalian kenal.”
Lalu ibu menunjukkan foto aku dan agnes bersama kawan-kawannya langsung
mendapatkan berita headlines yang luar biasa membahagiakan. Mereka
langsung ke sekolah. Saat itu aku membaca komik yang aku pinjam dari
temanku Hendra, ia bertubuh gemuk dan sedikit bodoh tapi menjadi sahabat
baik yang selalu banyak membantuku dikelas. Saat bel berbunyi. Guru
sekolahku belum masuk, tiba-tiba agnes langsung berdiri dikelas.
“ teman-teman ada pengumumanan neh..” teriak agnes.
Mereka semua langsung menatap agnes dan aku pun begitu.
“ dengerin neh ye pada.. kalau semua disini suka bakmi. Yang mau beli
bakmi enak dan yang biasa gua makan sama teman-teman bisa pesan ke gua.
Bakminya enak loh. Kalau kalian mau.. order di gue aja. Cuma 10.000
semangkok..lumayan itung-itung bantu ibu itu, kasihan pincang dan
anaknya juga kayaknya butuh biaya buat sekolah…”
Sepertinya anak-anak sangat tertarik dengan bakmi itu. Guru sekolah
masuk. Agnes pun duduk dengan senyum-senyum puas menatapku. Saat
istirahat sekolah tiba-tiba ia mendekatiku.
“ ngel, neh pesanan bakmi.. kasih ke nyokap loe..”
“ apa-apaan sih loe..”
Mereka saling menatap dan tiba-tiba tertawa sambil meledekku.
“ kok loe pura-pura bego gitu sih, bukannya ibu pincang yang jualan
bakmi itu nyokap loe. Tadi pagi dia cerita ke kita-kita kok. Malah minta
bantuan promoin bakmi dia.. kita-kita kan baik. Akhirnya bakmi nyokap
loe gua promosiin dan pesanan banyak.. nek kasih ke nyokap loe. Niat
baik kok ditolak..” kata agnes sambil memberikan kertas padaku.
Aku mengambilnya dan merobek lalu melempar kepadanya.
“ loe gak usah cari gara-gara ya..berengsek” kata agnes dan kami pun
berkelahi.
Setelah dipisahkan agnes berteriak-teriak menghinaku dengan wajahnya
yang lebam begitu pula aku.
“ dasar loe orang miskin gak tau diuntung, uda bagus gua bantu jualarin
bakmi emak loe.. sekali miskin tetap miskin!!”
Aku pulang dengan perasaan marah. Mengapa ibu tega melakukan ini dan
mempermalukan aku. Saat itu aku menangis dirumah. Ibu sedang berdagang ,
ketika ia berjalan mengantar mangkok ke pelanggan tiba-tiba ia terjatuh
karena kakinya kesakitan. Pembeli itu mendekati ibu.
“ ibu kenapa kakinya gak di urut aja sih atau bawa ke dokter..”
“ gapapa, ini entar juga sembuh sendiri.. “
Hari ini ibu pulang lebih pagi dari berdagang. Seorang pelanggan mendekat
“ kok pagi amet tutupnya, padahal saya mau makan?”
“ iya neh, anak saya ulang tahun.. saya mau ke pasar beli baju buat dia..”
Ibu sengaja menahan rasa sakit itu bukan karena ia tidak ingin pergi ke
tukang urut untuk mengobatinya. Tapi ia memiliki alasan lain karena ia
ingin memberikan aku hadiah, hadiah sebuah pakaian seragam sekolah baru
untukku. Ia tampak puas dengan barang belajaan yang ia beli. Saat itu
pulang dengan gembira dan tiba-tiba terkejut melihat wajahku yang lebam.
“ kamu kenapa bisa kayak gini? Kamu jatuh kenapa angel?”
“ ibu mau tau kenapa? Semua gara-gara ibu, buat apa ibu minta agnes
untuk bantuin jualan bakmi di sekolah, ibu gak tau semua orang jadi tau
aku anaknya tukang jual bakmi pincang itu!!”
Tiba-tiba ibu menamparku dan itulah tamparan pertama dia dalam hidupku.
Aku marah dan pergi dari rumah berlari diatas hujan lebat. Ibu menangis
dan terduduk di kursi meja makan dengan wajah lesuh. Aku tidak tau harus
berlari kemana dan tanpa arah. Aku hanya terduduk dan terdiam diantara
hujan dan menangis. Merasa hidup ini tidak pernah adil, mengapa aku
harus mengalami kemiskinan. Aku tertidur di halte bus. Dan saat aku
bangun hujan telah hilang. Jam 11 malam saat itu.
Aku berjalan pulang dan tiba-tiba seorang tetangga memberitahu aku kalau
ibu terjatuh dari tangga. Kini ibu sedang dirawat dirumah sakit. Aku
terkejut dan langsung menuju rumah sakit. Melihat ibu dengan keadaan
kakinya penuh bebat. Ia patah kaki karena terjatuh dari tangga.
“ kenapa ibu bisa sampai begini?” tanyaku.
“ Ibu ingin turun dan cari kamu tiba-tiba ibu terjatuh dari tangga, ibu
minta maaf sudah menampar kamu..”
Aku terdiam dan berusaha melupakan masalah itu. Dokter kemudian
memeriksanya dan ia berkata padaku ibu harus menginap beberapa hari.
“ kata dokter ibu gak boleh pulang dulu, ibu harus di rawat disini. “
“ tapi biaya rumah sakit mahal, kita mana mampu angel..”
“ mana aku tau.. siapa suruh ibu jadi begini. Angel mau pulang dulu.
Ngantuk dan besok harus sekolah.”
Kataku kesal walaupun merasa kasihan terhadap ibu tapi harga diriku
terlalu tinggi untuk menunjukan rasa peduliku pada ibu. Saat aku pulang
tiba-tiba aku melihat, kue ulang tahun kecil dan baju seragam sekolah
baru. Saat itulah aku sadar, ibu menyiapkan ulang tahunku hari ini. aku
terlalu sibuk karena stres memikirkan masalah sekolah sampai tidak
sadar. Seragam baru itu membuatku sedikit bisa pamer besok di sekolah.
Ingin aku mengucapkan terima kasih pada ibu tapi sayang ia tidak ada
rumah. Minimal besok, aku bisa katakan itu bila aku ingat!!
Ibu bisa keluar rumah sakit tiga hari kemudian dengan biaya uang yang
sangat banyak dan menghabiskan tabungan. Untuk sementara ia tidak
berdagang bakmi dan itu bisa membuatku selamat dari gosip agnes yang
sedang gencar2nya meledekku dengan anak tukang bakmi. Walau tanpa
penghasilan, tapi aku bisa bertahan dengan uang tips mengerjakan pr
teman-teman sekelas. Aku tidak lagi butuh uang jajan dari ibu.
Duabulan kemudian ibu sudah mulai bisa berjalan dengan tongkat. Suatu
malam aku tidak mampu bangkit dari tempat tidur dan Tubuhku panas dingin.
Ibu cemas dan membawaku ke dokter. Ternyata aku terjangkit virus demam
berdarah dan masuk fase kritis.
Biaya yang sangat besar membuat ibu sangat bingung dengan keadaannya
yang tidak lagi berdagang bakmi.
Tanpa memikirkan biaya ibu memaksakan aku dirawat. Saat itu ia hanya
terdiam lemas menatapku tak berdaya.
Dan dirumah sakit itu ada seorang suami yang menangis karena istrinya
sekarat. Ia membutuhkan ginjal untuk istrinya.
Tapi tidak ada donor yang bersedia untuk menolong kelangsungan istrinya.
Ibu mendekat dan tiba-tiba ia menawarkan dirinya. Orang itu menawarkan
sejumlah uang pada ibu. Demi aku, ibu pun rela menyumbangkan satu ginjalnya.
Berkat ginjal yang ibu sumbangkan aku bertahan hidup Karena ibu langsung
memindahkan aku ke perawatan yang terbaik di rumah sakit itu. Saat aku
sembuh beberapa hari kemudian, aku tidak melihat ibu. Aku hanya melihat
Aji datang bersama Hendra sahabatku.
Sampai akhirnya aku keluar rumah sakit beberapa hari kemudian. Tidak ada
yang menjemputku, mereka bilang ibu sedang keluar kota untuk bertemu
dengan keluarganya meminta bantuan uang. Padahal yang aku tau biaya
rumah sakit telah terlunasi. Ibu sengaja bilang ia keluar kota agar ia
tidak tau kalau ia dalam masa perawatan.
Tapi aku salah dan semakin menyadari kehilangan ibu. Sudah dua minggu
aku tidak melihat ibu dan akhirnya seorang tetangga memberitahu aku
kalau ibu dirawat dirumah sakit yang sama dengan anaknya sebab mereka
tidak sengaja melihat ibu. Aku langsung menuju rumah sakit. Ibu
tergeletak lemas di tempat tidur. Ia melihatku dengan air mata.
“ Kenapa ibu bisa dirawat disini? Ibu sakit apa?”
“ Ibu ngak apa-apa, sebentar lagi juga bisa keluar..”
“ Ibu katakan pada angel, Ibu kenapa.. jujurlah ibu..”
“ Ibu gak apa-apa nak.. Ibu Cuma sakit..”
Aku tidak memaksa ibu untuk jujur lagi karena ia seperti kesakitan
menahan perutnya. Malam itu aku menjaganya. Tiba-tiba ibu mengajakku
bicara. Aku jadi ingat seragam sekolah dulu.
“ Ibu.. terima kasih baju sekolahnya.. Angel belum sempat bilang kemarin..”
“ Iya nak, sama-sama. Angel maafkan ibu, bukan ibu selama ini tidak
ingin membahagikan kamu. Ibu tau kamu marah karena kematian ayahmu. Ibu
sudah berusaha untuk sebisa ibu membahagiakan kamu seperti saat-saat
kita dulu bersama ayah. Tapi ibu gagal, ibu hanya bisa membuat kamu
marah. Ibu benar-benar menyesal, maafkan ibu“
“ Kenapa ibu bicara seperti ini, sudah tidak usah dibahas. Angel juga
gak pernah berpikir begitu”
“ Ibu, bukanlah ibu yang baik. Sehingga tidak mampu membelikan kamu
celana dalam ketika kamu dewasa bahkan tidak tau bagaimana harus
membelikan kamu baju baru, ibu menahan rasa sakit di kaki ibu hanya
untuk mengumpulkan uang agar kamu mendapatkan pakaian yang layak, tapi
sebanyak apapun ibu bekerja, hutang yang ayah kamu tinggalkan tidak
pernah habis.. bahkan hingga detik ini.” kata ibu menangis
“ Sudah bu.. jangan teruskan.. angel minta maaf. Angel ngak pernah
ngerti perasaan itu. Angel egois dan tidak terima pada kenyataan kalau
kita memang sudah bukan yang dulu..” kataku memeluk ibu yang menangis.
“ Ibu hanya berharap. Ibu bisa mengubah keadaan seperti dulu lagi.. Cuma
itu nak..”
Malam itu, aku baru tau betapa besar pengorbanan ibu padaku, rasa egois
yang membuatku sadar bahwa aku begitu durhaka tak pernah menghargai
pengorbanan yang ia lakukan. Aku memeluk ibu dan berjanji dalam hatiku
ketika ia sembuh, aku akan membahagiakan dia dengan cara apapun. Ibu
tidak semakin baik dari hari ke hari. Sampai akhirnya, ia meninggal
malam setelah memelukku. Aku menangis kehilangan ibu dalam hidupku.
Dokter mengatakan ibu tidak mengalami hal baik setelah mendonorkan satu
ginjalnya. Hal yang membuatku begitu pilu dan sedih adalah ketika ibu
melakukan semua itu untuk membuat hidupku terus ada. Ia rela menjual
ginjalnya agar hutang ayah terlunasi. Agar masa depanku terjamin dengan
uang donor itu tapi ia sendiri harus pergi dengan keadaan tanpa pernah
melihatku dewasa seperti impiannya.
Hal terakhir yang ia katakan padaku, membuatku begitu berat untuk
melupakan semua kebaikannya.
“ Bagaimanapun ibu marah padamu, kemarahan ibu adalah kasih sayang.
Tidak ada ibu yang akan marah tanpa alasan kepada anaknya. Kelak ketika
kamu menjadi ibu,kamu akan mengerti, ibu di dunia manapun selalu ingin
anaknya bahagia. Walau dengan kemarahan caranya..”
Andai saja ada penyesalan dan waktu yang berulang, aku tidak akan pernah
melakukan kebodohan terbesar dalam hidupku menyia-yiakan pengorbanan ibu.
Tapi waktu adalah tempat yang kejam bagi mereka yang tidak pernah bisa
menghargainya, seperti aku yang hanya bisa menangis menatap waktu-waktu
indah yang seharusnya aku gunakan bersama ibu tapi kini hanya bisa
terkenang dalam kenangan. Semoga kisah ini bisa mengajarkan kita untuk
mengerti.
Kasih ibu mungkin tidak akan sempurna bagi hidup kita. Tapi kasih ibu
adalah kasih tanpa balasan yang tidak akan pernah tergantikan dengan
kesempurnaan hidup apapun di dunia ini. (Jap Ching Ching)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan padaBlog
Kebajikan ( De 德 ) ini.
sumber:
http://kebajikandalamkehidupan.blogspot.com/2013/02/kasih-ibu-yang-tak-pernah-berhenti.html#.UVJZqDconcc
Mengutip atau mengcopy artikel ini
harus mencantumkanKebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar