-------------------------------------------------------------------------------------------------
LOVE SO TRAGIC
Chapter
2
CAST:
HYUN GI
KEY
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-Hyun Gi, Seoul, 2010-
“Bagaimana, ehm,
Tante?”
Dengan malu-malu aku
melangkah keluar dari balik gorden fitting room. Mamanya Key menatapku dengan
seksama, di sebelahnya, Mamaku tersenyum memandangku sambil mengatupkan kedua
tangannya.
“Sangat bagus,”
ujar keduanya sambil tersenyum puas.
Key baru saja
lulus kuliah minggu lalu dan mendapat jabatan sebagai manajer di perusahaan
Papanya. Dan malam itu, setelah menerima gaji pertamanya, ia mengajakku makan
di Restoran Perancis yang sudah lama kuidamkan.
“Suasananya bagus
sekali, ya?” ujarku sambil mengunyah caviar yang dihidangkan pelayan.
Key tersenyum dan
meletakkan gelas di bibirnya. “Bersulang untuk malam yang indah…” tukasnya.
Tak lama, musik
mengalun dan sesaat kemudian terdengar pengumuman dari speaker yang terdapat di
tengah ruangan. “Berikutnya adalah persembahan lagu dari Tuan Key…”
Aku menatap Key
dengan wajah melongo, kaget, “Mereka nggak salah menyebut namamu?” tanyaku
sambil terbatuk beberapa kali karena makananku menyangkut di tenggorokan.
“Nggak kok, nggak
salah…” jawab Key sambil tersenyum dan menyerahkan minuman ke tanganku. “Hyun
Gi, lihat aku baik-baik, oke?”
Tidak ada yang
mampu kujawab selain anggukan. Key melambai padaku dari panggung, membuat
wajahku memerah. “Lagu ini saya persembahkan untuk Hyun Gi, tunangan saya,
selamat malam semuanya, dan selamat menikmati…”
I don’t want a love that will evaporate away like soap bubbles
A love that will be felt without words,
That is the love I want
When you are with me,
You can’t ride in golden carriages even in your dreams
But while you are still with me
I can make you smile
Love’s way!
Love’s way!
You’re my true love
A love that will be felt without words,
That is the love I want
When you are with me,
You can’t ride in golden carriages even in your dreams
But while you are still with me
I can make you smile
Love’s way!
Love’s way!
You’re my true love
Key menutup lagunya
dengan senyuman. “AKu ingin menikah denganmu, Hyun Gi, jadilah istriku…”
“Ya,” bisikku.
Tidak yakin, apakah ia mampu mendengarnya.
Bersamaan dengan
akhir jawabanku, gemuruh tepuk tangan membahana di seluruh ruangan itu. Key
berjalan ke meja dan memelukku. Air mata masih menetes di pipiku ketika kami
berciuman panjang di depan semua yang berada di sana.
“Bagian
pinggangnya sudah oke, kan,
Hyun Gi?” tanya calon mertuaku. Aku mengangguk dan ia menanggapinya dengan
senyuman puas. “Oke. Kita ambil gaun yang ini…”
-Key, Seoul,
2010-
Kalau ini adalah
mimpi, maka aku tidak ingin terbangun, sungguh!
Hyun Gi berdiri di
sampingku, tampak cantik dalam balutan gaun pengantinnya. Wajahnya secerah
malaikat, tidak pernah berhenti tersenyum. Dan air matanya saat menangis
mengucapkan sumpah setia terlihat sangat cantik.
“Selamanya,” bisik
kami sambil tersenyum. Keseluruhan acara terasa sangat panjang.. pemotongan kue
pengantin, saling menyuapkan, dan wedding kiss, lalu… pelemparan buket, acara
foto-foto, dan… akhirnya mobil pengantin mengantarkan kami ke hotel.
“Jadi, um…” Hyun
Gi memandangku malu. “Siapa yang akan mandi lebih dulu?” tanyanya, malu.
Aku tidak bisa
menahan rasa gugup dalam suaraku. “Aku duluan…” ujarku, tidak tahan untuk
melepaskan pandangan dari wajahnya.
“Tenanglah Key,”
batinku berulang-ulang. “Kalau kau tidak tenang, semuanya justru tambah
hancur…” tapi jantungku tetap berdebam kencang di tempatnya. Acara mandi
kulakukan dengan perasaan tidak menentu. Bahkan rasanya pikiranku tidak ada di
tempatnya.
“Giliranku,” ujar
Hyun Gi sambil melangkah masuk. Ia sudah melepaskan gaun pengantinnya dan
menyampirkannya di sofa terdekat. Selama Hyun Gi mandi, aku tidak bisa
mengenyahkan pikiran aneh yang berkecamuk di kepalaku.
“Um… Key?” panggil
Hyun Gi pelan. Aku menoleh memandangnya dan tiba-tiba kehilangan kemampuan
bernafasku. Hyun Gi mengenakan baju handuk dan menatapku resah dengan kedua
matanya.
“Duduklah,”
suaraku terdengar kering di tenggorokan. Hyun Gi duduk di sampingku. Kami
berdua, sama-sama merasa malu, duduk di sisi tempat tidur. “Hahaha.. rasanya
aneh sekali…” tawaku malah terdengar sangat kikuk.
“Ya…” sahut Hyun
Gi. “Rasanya wajahku panas sekali…” ia manepukkan tangannya di pipi.
Jantungku berdetak
semakin kencang. Sebelum menyadari apa yang kulakukan, tanganku sudah meremas
tangannya kuat-kuat. Dan oelan, kami menggeser duduk. Aku menciumnya perlahan,
tidak bermaksud membuatnya semakin gugup.
“Key…”
Hyun Gi kehilangan
nafas, dan ciuman kami semakin memabukkan. Bibirku bergerak dan menekan
bibirnya, bisa kurasakan desahan nafasnya di depanku, membuat ciuman kami semakin
menuntut dan bergairah.
Aku memiringkan
wajahku dan mengulum lalu menggigit bibir bawah Hyun Gi, menanti reaksinya dan
meraih tengkuknya, merapatkan posisi tubuh kami. Ia menggeliat dan mengikuti
gerakanku. Tangannya yang menyentuh punggungku membuat debaran jantungku
semakin keras. Aku menginginkannya, dan dia istriku. Tanganku meraih simpul di
baju handuknya dan ia juga melepaskan simpul di bajuku.
“Key,” Hyun Gi
memandangku malu saat mataku tidak lepas dari tubuhnya. “Jangan memandangku
seperti itu…” ujarnya, kalut.
Seulas senyuman
membekas di bibirku, menyuarakan kejujuranku. “Karena kau sangat cantik,”
ujarku, meraihnya dalam pelukanku.
Kutelusuri lekuk
tubuhnya dengan tanganku, dan Hyun Gi mengelinjang geli merasakan sentuhanku di
daerah sensitif miliknya. Lidahku bermain di tenggorokannya, dan ia membalas
dengan berani.
“Kau… sangat…
cantik…” suaraku terdengar parau saat bibirku menyentuh lehernya, dan melanjutkan
permainan kami. Nafasku beradu dengan nafasnya dan tanganku semakin kuat
mencengkeram pinggangnya. Kepalaku semakin terasa berat di tempatnya. Dan
gerakanku semakin tidak terkendali.
“Key!!” seru Hyun
Gi tiba-tiba. Aku terperangah kaget. Tetesan darah membekas di seprai putih
itu. Dan bukan hanya berasal dari selangkangan Hyun Gi, tetapi juga dari
tangannya.
“Hyun Gi, maaf,
aku…” aku kehabisan kata-kata, terkejut melihat di tangannya yang putih
terdapat goresan cakaran panjang dari kukuku.
Apa yang
kulakukan!? Kapan aku melakukannya? Kapan aku… mencakarnya? Kepalaku terasa
sakit dan bagai dihantam keras. Ini mimpi buruk! Aku telah menyakiti istriku di
malam pertamanya!!!
-to be continued-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar