Minggu, 02 September 2012

fanfic wine, man, love 3

WINE. MAN, LOVE 3

by Patricia Jesica on Monday, August 22, 2011 at 9:10am ·
Chapter3
Wine, man, love
-Underestimating You-

Cast:
Kim Nam-gil
Lee Yo-won
Lee Seung-hyo
Park Ye Jin as Lee Ye Jin (Yo Won’s cousin)
Kim Hyu Na


Disclaimer:
 I didn’t own the characters; this is just fan fiction that I made because I’m not satisfied with the Bad Guy ending


―Lee Yo Won, Seoul Street ―
Aku telah salah menilai pria itu rupanya! Dia sama brengseknya seperti Eric!

Yo-won meletakkan tangannya di dada, berusaha menekan amarahnya. Tidak, masuk ke hotel bukan berarti memang dia akan melakukan itu dengan seorang wanita. Yo-won menggeleng lalu mencoba tersenyum untuk menguatkan diri.

Mungkin dia punya bisnis di sini! Ya, pasti itu! Dia punya bar, bukan tidak mungkin ada urusan bisnis di tempat ini! Yo-won tersenyum puas dengan pemikirannya sendiri. Ya, dia bukan pria semacam itu!

Namun, belum lama Yo-won melangkah pergi, terdengar suara rengekan perempuan yang bernada manja.

“Ayolah, Kak…”

Yo-won dengan terkejut menyembunyikan diri ke gang terdekat. Ia mengawasi sambil memasang kupingnya tajam.

Seorang wanita dengan pakaian berwarna merah jambu bergelayut di tangan Nam-gil. “Maafkan aku, ya? Ya?” pinta wanita itu manja. Rambutnya panjang sepunggung, dan ia tampak menggoda dalam pakaian seminim itu serta belahan dada yang rendah.

“Kau jangan mencoba merayuku…” tukas Nam-gil kesal. “Bagaimana kalau ada yang melihat? Ini memalukan!”

“Tapi, aku tidak…” wanita itu terdiam setelah mendapat tatapan marah Namg-gil. “Baiklah, aku tahu… kau yang terbaik…” wanita itu menyenderkan kepalanya di bahu Nam-gil.

“Sudahlah,” Nam-gil berdecak kesal. “Pikirkan sebuah alasan untuk diceritakan ke orangtuamu!” perintahnya. “Rasanya aku selalu naik darah setiap kali melihatmu! Kenapa juga harus di sini? Kau ini…” Nam-gil tampak kehabisan kata-kata menghadapi wanita itu.

“Aku minta maaf…” senyum wanita itu. Ia lantas berjinjit untuk mencium Nam-gil. “Asal kau membelaku, aku akan balas budi padamu…”

Yo-won menyaksikan Nam-gil mendengus pelan sambil menyetop taksi. Sampai kedua sosok itu menghilang, barulah Yo-won berani melangkah keluar dari tempatnya bersembunyi. Amarah menggumpal di dadanya.

Apa-apaan itu tadi? Dengan mata nyalang ditatapnya taksi yang menjauh itu. Laki-laki di mana-mana sama saja! Siapa wanita itu? Wanita itu tampaknya sangat mengenal Nam-gil. Mereka tampak dekat dan sangat… mesra.

Yo-won menggigit bibir kesal dengan pemikirannya sendiri. Selesai sudah! Akan kuperingatkan Ye-jin untuk menjauh dari Nam-gil. Dengan kesal, Yo-won berjalan pergi sambil menghentakkan kakinya.

Tidak! Yang seharusnya marah adalah Ye-jin. Yang dijodohkan adalah Ye-jin. Kenapa juga aku harus marah? Dengan heran Yo-won berusaha mengusir amarah itu dari dadanya. Namun sepanjang perjalanan, ia terus memikirkan pria itu. Dan kekecewaannya. Kenapa juga harus kecewa, pikirnya. Namun, perasaan itu juga terus melekat tanpa henti, membuatnya terus bertanya-tanya dalam hati.

♦♦♦

―Seoul University―
“Bagaimana kemarin? Menyenangkan tidak?” Ye-jin menampakkan senyuman lebar tanpa dosanya sambil menghampiri meja Yo-won ketika gadis itu tengah membereskan bukunya.

“Kau memang menyebalkan,” ucap Yo-won sambil menatap langsung ke mata Ye-jin. “Kim Nam-gilmu itu… mungkin dia memang tampan dan menarik, tapi…”

“Astaga,” sebelum ucapan Yo-won selesai, Ye-jin keburu memotongnya. “Jadi benar, kau tertarik padanya?” Matanya berbinar senang mendengar penuturan Yo-won.

“Bisa tidak kau dengarkan aku sampai selesai? Dia itu…”

“Kita akan bertemu lagi dengannya!” seru Ye-jin tiba-tiba. “Mama berharap aku bertemu dengannya, sehingga ulang tahunku nanti akan diadakan di sana! Tentu saja minuman yang dihidangkan akan dibatasi jadi soft drink, minuman beralkohol rendah, dan juice, tapi kau tahu, tempat itu sangat keren!”

“Aku tahu itu, tapi…”

“Dan Yo-won, aku juga boleh mengundang siapapun! Aku tentu saja akan mengundang Kak Seung-hyo juga! Dan di sana, akan kuumumkan soal hubungan kami…”

“Ye-jin…” Yo-won mulai mendesah. “Bisa tidak kau dengarkan aku sebentar…”

“Aku tahu kok,” senyum Ye-jin mengembang gembira. “Anak-anak cowok pasti senang datang ke sana! Dan kalau kuumumkan soal hubungan kami, Mama juga tidak bisa bilang apa-apa. Lalu, Kim Nam-gil akan jadi milikmu!”

“Ye-jin!” dengan kesal Yo-won menggebrak mejanya. Apa-apaan maksudnya dengan Kim Nam-gil akan jadi milikku? Apa aku gila? “Jangan seenaknya memutuskan. Dengarkan aku dulu…”

“Semua akan berjalan dengan baik, tenang saja Yo-won… Cuma, kau perlu bantu aku memikirkan kata-kata yang tepat untuk kuucapkan saat Kak Seung-hyo mengumumkan hubungan kami. Aku tahu kau mencemaskanku, tapi tenang saja. Semua akan lancar…”

“Terserahlah,” kali ini Yo-won bahkan terlalu malas untuk bicara. “Aku mau pulang dan tidur….” Dengan langkah gontai ditinggalkannya Ye-jin yang kini sibuk menyebarkan undangan atas ulang tahunnya.

♦♦♦

“Kau tidak datang?” Ye-jin mulai mengomel di ponselnya. “Datanglah… acaranya akan kumulai ketika kau datang. Ya? Ya? Sekarang bahkan sudah segini ramainya…”

Yo-won menatap ponselnya dengan rasa malas. Diliriknya putih dengan rok tutu yang sudah dibelikan mamanya demi acara ini. Gaun itu begitu pas membungkus badannya dan membuat kakinya terlihat jenjang. Entah mengapa mamanya begitu senang mendengar Ye-jin yang menceritakan kalau dia akan mengadakan pesta di tempat Kim Nam-gil itu.

Aneh sekali, padahal yang ulang tahun Ye-jin. Untuk apa Mama begitu bersemangat? Saat mendengar Mamanya menyebut-nyebut nama Kim Nam-gil mungkin hadir di pesta itu, dengan segera Yo-won memahami maksud mamanya.

Sejak dulu mamanya memang berinsting tajam. Begitu mendengar penuturan Ye-jin, sepertinya wanita itu menyadari bahwa Ye-jin tidak tertarik pada Kim Nam-gil. Oleh karena itu ia mulai mendorong anaknya untuk mendekat. Apalagi temannya itu termasuk golongan kaya. Tidak heran mamanya begitu tertarik menjodohkannya dengan Kim Nam-gil.

“Ayolah, aku akan telepon Mamamu supaya meminta supir mengantarmu…” Ye-jin mulai mengeluh lagi di telepon. “Kukira kau senang dengan tempat ini… di samping itu, ini kan ulang tahunku, kau tega sekali, Yo-won…” Ye-jin mulai merengek memintanya datang.

“Aku malas sekali, Ye-jin. Hadiahmu kuberikan besok saja, bagaimana?” tawar Yo-won. Ia takut begitu melihat cowok itu ia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengomel.

“Aduh Yo-won. Masa kau mengira aku hanya mau hadiah darimu?” Ye-jin memprotes dengan kesal. “Pesta tidak akan kumulai sebelum kau datang!” ancamnya. “Jadi kau tentukan saja, mau menghancurkan hari ulang tahun sahabatmu, atau berbaik hati dengan datang dan melancarkan segalanya? Datanglah, Yo-won…” bujuk Ye-jin lagi.

“Baiklah! Baiklah! Aku datang…” sahut Yo won, melempar ponselnya ke tempat tidurnya. Ia pun beranjak bangun dan mulai mengganti pakaiannya. Dari jauh ia bisa membayangkan Ye-jin bersorak senang. Hah… kenapa aku selalu saja begini mudah dibujuk!

♦♦♦

―Scarlet Bar, Seoul―
“Hore!! Selamat datang Yo-won!”

Ye-jin memeluknya dengan gembira. Gadis itu bergerak dengan anggun dalam balutan gaun chiffon pink selututnya yang terlihat glamour tetapi tetap mengutamakan detail yang simple. Khas Ye-jin.

“Selamat ulang tahun,” senyum Yo-won sambil menyerahkan hadiahnya.

“Aku ingin kau menjadi saksi penting dalam pengumuman hubunganku dengan Kak Seung-hyo. Karena itu, aku senang sekali kau bisa datang….” Ye-jin tersenyum sekilas pada Kak Seung-hyo yang berdiri tidak jauh darinya.

“Aku ikut senang kalau Mamamu bisa menyetujuinya…” sahutku. “Sekarang, kau bisa memulai pestanya, bukan?”

“Tentu saja!” senyum Ye-jin kembali mengembang. “Oh! Sekadar informasi, pria itu ada di sana! Sedang merekomendasikan minuman untuk para tamu!”

“Aku tidak menanyakan di mana pria itu,” Yo-won membelalakkan matanya kesal. “Simpan saja informasimu itu untuk semua gadis yang mengerubunginya!”

“Astaga,” Ye-jin menyimpan senyumnya. Jadi dia sudah melihatnya dan cemburu? “Baiklah, aku tidak akan bicara lagi. Aku tidak mau kau marah padaku. Kau sangat cantik hari ini, Yo-won…”

“Terima kasih,” senyum Yo-won.

Ia sedikit merasa tidak nyaman saat teringat mamanya membelikan gaun itu karena berharap putrinya dilirik Kim Nam-gil. Terdengar menyedihkan karena sepertinya mengandung harapan palsu. Padahal pria itu sudah punya kekasih!

“Selamat menikmati pestanya, aku senang kau datang Yo-won…”

“Ya, aku juga senang bisa datang….” Selama aku tidak bertemu dengan pria itu.

Ye-jin melambai pergi dan menghampiri tamu lainnya untuk menyapa mereka. Yo-won mengamati dari jauh sambil tersenyum hambar. Yo-won berjalan ke pinggir dan menoleh ke panggung yang terletak di bawah.

Seorang gadis berambut panjang sepunggung tampak berada di atas panggung itu, mengenakan pakaian ketat, dan celana pendek yang memamerkan kakinya. Sekalipun dari jauh, Yo-won tahu gadis itu cantik.

Suaranya enak didengar saat menyanyikan beberapa lagu untuk menghibur para tamu.Yo-won tersenyum sambil mengamati ketika tiba-tiba ia merasa sosok gadis itu familier. Sejurus kemudian tatapannya sudah terkunci ke wajah gadis itu.

Bukankah dia gadis yang kulihat bersama Nam-gil waktu itu? Berani benar gadis itu bernyanyi di pesta calon tunangan Kim Nam-gil. Siapa yang menyuruhnya? Apakah Kim Nam-gil itu?

Dengan gusar Yo-won mencoba mengenyahkan pikiran itu dari kepalanya. Selama gadis itu berada di sini tidak untuk mengganggu acara Ye-jin, ia tidak punya hak untuk meminta gadis itu turun dari panggung. Sama sekali tidak punya hak untuk mencelanya. Yo-won menghela nafas dan berjalan ke tempat minuman disuguhkan.

“Hai, Yo-won…” sapa Kim Nam-gil tersenyum begitu melihat gadis itu melintas. Gadis lain mengaduh kesal ketika perhatian cowok itu beralih ke Yo-won.

Yo-won bahkan tidak mau repot-repot menoleh. Ia berjalan ke bartender lain dan meminta direkomendasikan minuman.

Nam-gil memandang Yo-won dari samping dengan bingung. Gadis itu tampak menarik dalam balutan gaun putih semacam itu. Sedari tadi ia berusaha untuk menghampiri gadis itu tetapi tidak berhasil. Terlalu banyak gadis datang minta dilayani dan rasanya tidak ada habisnya.

Sekarang Yo-won datang. Tetapi, ekspresi gadis itu berbeda dari sebelumnya. Bahkan gadis itu tidak mau memandangnya, tidak mau bicara dengannya, dan malah memilih bartender lain. Nam-gil mengamati dengan bingung.

“Red wine….” Hanya itu yang dikenal Yo-won. Ia bisa merasakan pandangan Nam-gil masih tertuju ke arahnya.

“Terima kasih,” ujarnya sambil menerima gelas itu. Yo-won meminumnya dengan tegukan cepat. Beberapa kali ia tersedak. “Tambah,” ujarnya. Minuman itu masam dan sedikit manis. “Tambah.” Hebatnya lagi, minuman itu bisa membantunya melupakan tatapan Nam-gil. Ia merasa lebih bersemangat. Badannya bahkan terasa panas.

“Tambah lagi,” ujar Yo-won.

“Hentikan.” Sebuah tangan menghentikannya. “Terlalu banyak wine bisa mengganggu lambungmu. Apa kau sudah makan? Kau bisa merasakan badanmu terasa hangat, tetapi sebenarnya ototmu akan terasa lebih lemas…”

“Tidak perlu ikut campur,” sergah Yo-won. Diambilnya gelas dari tanagn Nam-gil. “Kau tidak tahu apa-apa…” tukas Yo-won setengah menggumam.

“Kau kenapa??” Nam-gil menolak menyerahkan gelas Yo-won yang baru saja diisi oleh bartender itu. Dengan isyarat dari Nam-gil, bartender itu menarik diri dan menggantikan posisi Nam-gil sebelumnya.

Kali ini ia menggandeng tangan Yo-won, mengajak gadis itu pindah tempat. Mereka berada di lorong yang dekat dengan toilet. Melihat keadaan Yo-won, Nam-gil takut gadis itu sewaktu-waktu muntah.

“Kau mau tahu apa masalahku?” Yo-won menatap pria itu dengan marah. “Karena aku kecewa! Aku marah! Dan aku tidak punya tempat untuk menceritakannya!”

“Kau bisa cerita padaku,” tegas pria itu sambil tersenyum.

“Mana bisa aku cerita padamu! Kaulah sumber masalahku!” sembur Yo-won dengan penuh amarah.

“Kak? Sedang apa kau di sini?” seru seorang wanita. Ia tersenyum pada Nam-gil dengan senyuman manja. Sekejap kemudian ia sudah bergelayut di lengan pria itu. “Aku capek menyanyi, kita pulang, ya?”

Membayangkan pria itu akan menghabiskan malam dengan wanita itu, Yo-won menatapnya marah. “Kau lihat? Inilah masalahnya. Kau dan wanita ini! Padahal kau sudah punya Ye-jin! Teganya kau!”

“Apa-apaan sih gadis aneh ini!” gerutu wanita di samping Nam-gil dengan tatapan kesal. “Apa yang kau katakan? Kapan aku membuat masalah denganmu?”

Seulas senyum tipis membayang di wajah Nam-gil. “Rupanya kau salah paham…” ujarnya setengah menggumam. Dirangkulnya bahu wanita di sebelahnya itu untuk mendekat, “Ini Kim Hyu Na. Kenalkan, dia adikku…”

“Apa….” Kali ini, Yo-wonlah yang kehabisan kata-kata. Ditatapnya kedua sosok di hadapannya dengan mulut menganga.



-to be continued-


Tidak ada komentar: