Selasa, 08 Juli 2014

TRY MY LOVE 13

TRY MY LOVE 13

May 16, 2011 at 6:40pm
TRY MY LOVE
Chapter 13
Cast:
Author (Jesica) as Park Jae Shi
Han Geng as himself
Wei Li Zhi as herself
Ji Ro Wang
Kim Ri Na


―Jae Shi, Studio SM Entertainment, 2010 ―

“Apakah tidak masalah kita datang tiba-tiba begini?” tanyaku. Li Zhi menarik tanganku memasuki gedung itu.

Sampai sekarang aku tidak mengerti sejak kapan Li Zhi berteman akrab dengan Sung Min dan bisa meminta pria itu membantu kami masuk kemari. Petugas menghadang kami di pintu gerbang dan Li Zhi menelepon sung Min. Pria itu yang membantu kami bicara dengan petugas dan memberi tahu kami ruangan tempat mereka dirias.

“Kau selalu butuh koneksi dalam dunia semacam ini…” Suara Li Zhi sedikit kesepian saat mengucapkannya. Mungkin, ah, tidak. Pasti ia teringat dengan Ji Ro.

“Cewek itu bergerak cepat. Kau kalah gesit dengannya…”

“Ya, aku tahu itu…” keluhku. “Tapi, aku juga tidak mau dianggap terlalu posesif oleh Han geng…”

“Kadang kala hal semacam itu diperlukan…” Li Zhi melangkahkan kakinya lebih cepat. Kami melangkah memasuki lift dan naik.

“Sejak kau bilang melihatnya di bandara hari itu, perasaanku sudah tidak enak. Sudah kuduga hal semacam ini akan terjadi. Namun, tidak kusangka bisa secepat ini…” ujarku, berusaha mengatur nafasku.

Lift mengantar kami ke lantai empat. Li Zhi mengikuti arahan Sung Min dari smsnya dan memasuki sebuah ruangan. Di sana, para anggota Suju masih asyik mengobrol dan berkumpul. Tidak ada Han Geng. Perasaanku kembali berdebar panik.

“Sung Min… ngg… di mana Han geng?” Tanya Li Zhi pada Sung Min. Tampaknya ia mengerti. Tidak melihat keberadaan Han geng membuatku tidak bisa mengucapkan apapun.

“Kalau tidak ada di sini, mungkin dia masih di ruang rias…” ujar salah satu personil Suju, Ki Bum. Ia tersenyum dan berkata tegas pada Jae Shi. “Tidak jauh, biar kuantar.”

Ruang rias?

Dadaku kembali berdebar panas. Li Zhi yang berdiri di sampingku menatapku cemas lalu mnggenggam tanganku. “Biar kutemani…”

Dengan gelengan kepala, kutolak tawarannya. “Tidak apa. Tidak perlu mencolok. Ki Bum sudah cukup…” ujarku, melayangkan tatapan berterima kasih kea rah cowok itu. Ia menyambutnya dengan senyuman superstar miliknya.

“Jangan macam-macam sama pacarnya si Han geng…” olok yang lainnya.

Ki Bum menuntunku. Tangannya yang satu mengacungkan jempol dan dibalas siulan yang lainnya. Baiklah, situasi ini mulai menyebalkan.

“Di sini,” tukas Ki Bum sambil memutar kenop pintu. “Loh, kenapa dikunci?”

Terkunci?

Jantungku semakin berdebar takut di tempatnya. Jangan…

“Aneh. Maaf ya, sebentar…”  ia mengernyitkan dahinya bingung dan merogoh kartu free passnya untuk membuka pintu itu. “Nah, silahka…”

Bahkan Ki Bum nyaris tidak mempercayai matanya. Tidak mampu berkata apapun, ia menatapku. “Geng! Apa yang kau lakukan?!” serunya kaget dan membentak Han geng.

Pria itu mengangkat wajahnya dan tersentak kaget saat menatapku. Ri Na di sebelahnya, dengan kancing baju atas setengah terbuka, tersenyum penuh kemenangan. Di bibir Han Geng bahkan ada bekas ciuman dari wanita itu.

Aku berdiri kaku di tempatku, menatap lurus ke dalam. Kakiku terasa lemas, sampai akhirnya aku berlari keluar dari ruangan itu.

“Jae Shi! Tunggu!” Ki Bum berlari mengejarku dan menangkap tanganku. “Jangan keburu berpikiran yang aneh. Mungkin saja Cuma salah paham…” ujarnya. “Nanti biar kuajak bicara Han Geng. Aku tahu jelas sifatnya. Aku tahu ia menyukaimu…”

“Maaf aku…” kututup wajahku dengan kedua tanganku. “aku mau pulang…”

“Mau kupanggilkan Li Zhi?” ujarnya, menawarkan bantuan. Aku mengangguk.

“Thanks ya…” ujarku.

“Tidak apa-apa kok… pasti sangat mengejutkan…” ia mengelus kepalaku seperti anak kecil. Mataku terasa panas. “Astaga…” ia menggaruk kepalanya bingung. “Aduh.. kenapa kau jadi menangis…”

“Maaf…” aku menyembunyikan wajahku lagi.  “Bisa… antarkan aku ke toilet?” tanyaku. “Kurasa aku akan menunggu Li Zhi di sana…”

“Tentu saja…” cowok itu mengantarkanku tanpa banyak bicara. Sambil berjalan, ia mengangsurkan sapu tangannya padaku.

“Biar kupanggilkan Li Zhi. Tunggu di sini… ya?” ia tersenyum dan menatapku lagi. Sampai aku mengangguk, barulah ia pergi meninggalkanku.



―Wei Li zhi, Studio SM Entertainment, 2010 ―

“Ki Bum? Astaga… kau lama sekali.. kita hampir telambat dari jadwal nih…” ujar Shi Won sambil menunjuk jam tangannya.

Kuangkat wajahku dan memandang Ki Bum. Ia terlihat agak pucat. Dan sahabatku. Di mana Jae Shi? Kenapa ia tidak bersamanya? Dan di mana… Han geng?

“Di mana Geng dan Jae Shi?” Tanya Hee Chul, mendahuluiku.

“Panjang ceritanya. Akan kupanggil Han Geng kemari. Ngg… Li Zhi, bisakah kau ikut denganku?” tanyanya ramah.

“Baiklah,” sahutku tanpa pikir panjang. Firasat dan perasaan tidak nyaman mulai memenuhi diriku. Sudah kuduga, pasti ada yang tidak beres.

Ketika kami meninggalkan ruangan, semua anggota Suju langsung heboh dan saling berbisik. Kurasa, mereka juga sedang mencoba menerka apa yang sebenarnya terjadi.

“Kenapa dengan Jae Shi dan Han Geng?”

“Kurasa bukan hakku untuk bicara…” jawab Ki Bum sambil tersenyum pahit. “Hanya saja… kurasa ada kesalah pahaman di sini…”

Begitu tiba di ruangan itu, suasananya ternyata cukup tegang. Han Geng sedang bicara pada Jae Shi. Tampaknya sobatku itu mengurung dirinya di toilet.

“Jae Shi. Dengarkan aku dulu… aku bisa menjelaskannya. Kumohon, keluar dan temui aku…” DOK DOK DOK “Jae Shi…” Han geng terus menggedor pintu toilet itu. Namun, sama sekali tidak ada jawaban dari dalam.

“Han Geng…” panggilku.

“Li Zhi. Bantu aku, dia sama sekali tidak mau menemuiku…” wajah Han Geng terlihat bingung. Di sudut bibirnya, aku bisa melihat bekas merah. Apakah…

“Aku tidak percaya ini…” tukasku, tiba-tiba merasa marah. “Kau mencium wanita itu? Kau selingkuh dari sahabatku?!”

Bisa kujelaskan!” serunya putus asa. “Tolong, biarkan ia menemuiku…”

“Kalau ia tidak mau menemuimu, itu bukan salahnya. Tapi salahmu…” tukasku dingin. Wajahnya yang bingung membuat kalimatku melunak. “Kudengar kalian hampir terlambat dari jadwal. Pergilah, dan tunggu beberapa hari sampai perasaannya lebih tenang…”

“Tapi…”

“Ayolah Han Geng… Kita hampir terlambat…” bujuk Ki Bum.

“Baiklah…” jawab cowok itu akhirnya. Ia kembali menatap ke pintu dan berujar, “Jae shi. Aku belum menyerah. Kau yang paling tahu bagaimana perasaanku padamu! Ini belum selesai…”

“Dan kau berutang penjelasan padaku juga…” tuntutku.

Han Geng menatapku dan kemudian mengangguk. “Aku tahu itu. Terima kasih…”

Begitu pria itu pergi, kuketuk pintu perlahan. “Jae Shi. Ini aku… keluarlah…”

Jae Shi membuka pintu. Wajahnya muram saat menatapku. “Lagi-lagi begini…” ia menggumam pelan dan kemudian menangis terisak-isak dalam pelukanku. “Kenapa semuanya sama saja? Kenapa semuanya menghianatiku karena wanita itu?”

Aku bisa melihat Kim Ri Na berjalan melintasi ruangan dan memandang ke arah kami dengan pandangan angkuhnya seperti biasa. Kali ini dia benar-benar sudah keterlaluan.




―Han Geng, Suju’s car,Seoul Road,2010―

“Aku masih tidak mengerti denganmu…” Ki Bum yang tidak biasanya mengambil tempat di sebelahku bahkan mulai mengomeliku.

“Dengar…. Aku sedang malas bicara sekarang…” keluhku. “Kepalaku sakit…”

“Kau pantas dimarahi…” omel Ki Bum tidak senang. “Kau tidak melihat wajah pacarmu, hah? Aku saja tidak tega melihatnya…”

Aku tidak mau melihatnya.

“Aku tahu, aku pantas dimarahi…” keluhku. “Jadi, tolong tinggalkan aku dulu. Aku butuh ruang untuk berpikir…”

“Jadi. Kau benar selingkuh dengan gadis cantik itu?” Tanya Hee Chul dari kursi belakang. Ia biasanya duduk di sebelahku. Tapi kali ini bertukar tempat dengan Ki Bum. Shi Won yang duduk di sebelahnya juga menatapku tajam.

“Baiklah, kau mengenalku. Apa menurutmu aku akan melakukan hal semacam itu?”

Eun Hyuk yang playboy dengan gembira menimpali dari kursi samping. “Mungkin saja, namanya juga laki-laki…”

“Sialan kau…” gerutuku. “akan kuadukan kau pada Shin Woo…”

Mendadak Eun hyuk mengangkat kedua tangan dan menutup mulutnya. Ia memutar tangan seolah memasukkan kunci ke mulutnya. “Anggap aku tidak bicara apapun…”

“Kurasa itu bukan sifatmu. Kau tidak punya wajah playboy…” tukas Lee Teuk dari kursi paling depan.

Gila, bahkan dia bisa mendengar semuanya. Aku tahu slogan satu untuk semua, semua untuk satu. Tapi, masa dalam waktu sesingkat ini masalahku sudah tersebar ke mereka semua. Ini sih gila!

“Kalian semua membicarakan masalahku rupanya…” erangku, merasa geram pada diriku sendiri. Ini sangat memalukan.

“Bagaimana kalau Jae Shi tidak mau bicara denganmu lagi?” Sung Min yang biasanya diam saja kali ini membuka mulutnya.

Semuanya masih menatapku saat sebuah perasaan takut tiba-tiba melandaku. Tidak mau bicara lagi denganku? Berarti semuanya berakhir tanpa ada penjelasan… hal ini sangat mungkin, mengingat bagaimana Jae Shi dan Kak Dennies-nya dulu. Kalau tidak ada Li Zhi, apa mungkin ia masih mau menemui pria itu?

Mendadak dunia di depanku terasa begitu muram…

Tidak ada komentar: