Selasa, 19 Maret 2013

Fanfiction Love so Tragic-1

------------------------------------------------------------------------------------------------- LOVE SO TRAGIC Chapter 1 CAST: HYUN GI KEY ------------------------------------------------------------------------------------------------- Hyun Gi, Seoul, 2004 “Anak baru jangan sok! Kalau senior meminta, sudah sewajarnya kalau kamu memberikannya, tahu!!” bentak mereka sambil melemparkan sebelah sepatu mereka ke kepalaku. Aku menunduk dan menatap tanah. Udara hangat. Tanah yang terasa nyaman. Seharusnya hari ini jadi hari upacara penerimaan murid baru yang menyenangkan. Tapi, masa pada hari pertama saja para senior itu meminta paksa dasiku karena mereka lupa membawanya? Dan sepatuku? Karena sepatu mereka rusak? ”Huuh... senior yang nggak tahu diri...” makiku dalam hati. Dengan enggan aku berdiri dan membersihkan debu yang menempel di rok dan kepalaku. Tanpa dasi, bisa berarti ada hukuman tambahan. Mungkin sebaiknya aku pulang saja.... “Di sana bukan arah ke aula,” ujar seorang cowok. “Aku memang tidak mau ke sana…” jawabku, berusaha mengacuhkannya. “Hei, gerbang sekolah sudah ditutup loh…” panggilnya lagi. Aku terus berjalan tanpa memedulikannya. “Kau pakai saja ini…” ujarnya tiba-tiba, mengulurkan sebuah dasi padaku. Aku memandangnya dengan terkejut. Ia sangat tampan. Dan tinggi. Tipikal cowok popular. Tipikal orang yang tidak seharusnya mengacuhkanku. “Ini kan dasi pria?” tanpa sadar aku tertawa sambil menangis. Ia maju dan memakaikan dasi itu. ”Aku juga pernah mengalami hal yang sama...” ujarnya sambil membuat simpul di leherku, mengeluarkan gunting lalu menggunting ujungnya supaya sama seperti model dasi wanita. ”Sejak saat itu, aku selalu membawa dua dasi...” ”Terimakasih...” ujarku, menahan rasa sesak didadaku. Aku tidak mengenalnya. Ia tidak mengenalku, namun ia sangat baik padaku. ”Bukan apa-apa,” jawabnya. Senyumannya membuat air mataku turun semakin deras. Itulah awal pertemuanku dengan Key. ------------- Seoul, 2007 Musim semi. Acara kelulusan anak kelas tiga. Halaman belakang sekolah, tempat terbaik untuk menyatakan cinta. Seorang anak perempuan berdiri membelakangiku, menghadap Key dengan kepala tertunduk. ”Maaf...” ujar Key pelan. Dan kemudian, anak itu berlari, setengah menangis. ”Kau menolaknya lagi?” godaku sambil tersenyum. Entah berapa perempuan yang ia tolak. Dan mungkin, aku akan masuk dalam daftarnya. Daftar penolakan. Karena itulah, aku tidak pernah mengungkapkannya. ”Kau mengintip lagi?” balasnya sambil tersenyum sinis. ”Hanya kebetulan lewat kok, ya sudah, aku pergi ya...” jawabku sambil berbalik dan pergi. ”Hyun Gi,” Key menangkap pergelangan tanganku. Aku terpaku di tempatku. Bahkan menatap wajahnya saja tidak berani. ”Kenapa kamu nggak pernah menyatakannya?” ”Apanya?” tanyaku, berbalik dan memandangnya, bingung. ”Itu loh...” sejenak wajahnya memerah. Ia menggosok hidungnya dengan gugup. ”Yang seperti tadi...” ”Aku pergi ya?” tanyaku. Ia menggeleng. Tanganku masih ada dalam genggamannya. ”Lepaskan dong...” ujarku dengan suara tertahan. ”Nanti ada yang lihat...” ”Kau itu memang telmi atau sengaja mempermainkanku?” ia menyentak tanganku kuat-kuat sehingga wajahku menabrak dadanya. Tunggu! Apa ini! Kenapa tiba-tiba...!? Aduh... jangan sampai dia mendengar suara debaranku yang kencang. Saking kencangnya sampai jantungku terasa diremas-remas. ”Key...” pelan-pelan kuangkat wajahku. Pandangan kami bertemu. Matanya begitu sendu. Dan ada aku... di sana.... ”Aku menyukaimu, Hyun Gi...” ujarnya sambil mendekatkan wajahnya pelan-pelan. Otomatis mataku tertutup. Aku bisa merasakan nafasnya, dan ciumannya yang membuatku mabuk. ”Jadilah... pacarku...” Hari itu, di perpisahan anak kelas tiga, kukira adalah hari dimana cintaku akan berakhir. Tetapi, ternyata aku salah. Key menyukaiku. Key membalas perasaanku. Dan lebih dari itu, aku juga menerima ciuman pertama darinya. ------- Key, Seoul, 2009 ”Maaf merepotkanmu ya...” ujarku sambil membersihkan motorku. Hyun Gi tersenyum dan memasuki pintu apartemenku dengan riang. Ia melepas sepatunya dan berjalan ke dapur, seolah itu adalah rutinitas baru baginya. ”Hari ini menunya adalah sup...” serunya senang. Aku tersenyum dan memeluknya dari belakang. ”Setiap hari memasak untukku sepulang dari sekolah, apa tidak melelahkan?” tanyaku sambil mencium aroma rambutnya yang digelung. ”Kalau aku bisa melihatmu makan dengan baik, rasanya itu lebih dari cukup,” jawabnya sambil tersenyum singkat. Semenjak kuputuskan untuk bekerja sambil kuliah, setiap hari Hyun Gi datang dan memasakkan makan malam. Kemudian, setelah kami makan bersama, aku mengantarnya pulang. Bagiku, rutinitas semacam ini sangat menyenangkan. Entah bagi Hyun Gi. ”Hari minggu besok, apa kita bisa jalan-jalan?” tanyanya sambil bersender di bahuku. Kami memakan popcorn dan memutar DVD yang baru dibeli tadi. ”Aku ingat kok,” senyumku sambil merangkul bahunya. ”Minggu adalah ulang tahunmu kan? Tidak masalah tentu saja...” jawabku sambil tertawa. Ulang tahun Hyun Gi. Hari itu, adalah hari yang akan menjadi saat paling bersejarah dalam hidup kami. Aku akan melamarnya. ”Key?” ia bergerak dalam rangkulanku. ”Kau melamun?” tanyanya sambil menatapku dan memiringkan wajah. ”Kau sakit?” tangannya bergerak menelusuri dahiku. Aku tersenyum dan menangkap tangannya lalu menciumnya. Hyun Gi selalu saja tidak tahan geli saat aku memeluknya. Dan aku menyukainya. Semuanya. ”Sekarang kita mau kemana lagi?” tanyaku. Nafasku masih terengah-engah. Dari tadi Hyun Gi mengajakku memainkan permainan yang ekstrim, dan di luar dugaan, ia terlihat sangat terbiasa memainkannya. ”Tentu saja itu!” seru Hyun Gi sambil menggandeng tanganku. ”Bianglala kan paling penting untuk seorang gadis!” serunya sambil tersenyum manis. Tanganku bergerak menelusuri kantungku. Cincinnya masih ada di sana. Kalau lancar, kalau suasananya mendukung, aku akan mengucapkannya. ”Indah sekali ya, ” Hyun Gi menempelkan kedua tangannya di kaca. Aku duduk di sampingnya, berusaha menikmati pemandangan bersamanya. Sulit sekali berkonsentrasi pada dua hal. Sialan, bianglala hampir mencapai puncak. Apa yang ingin kukatakan? ”Hyun Gi!!” ”Ya?” jawabnya sambil menatapku. Begitu banyak kalimat berputar di otakku, tapi satupun tidak terucap. Katakan! Ayo katakan Key! Bukankah kau seorang pria? Ayo, bianglalanya hampir menuju puncak!’ terburu-buru kukeluarkan cincin dari kantongku dan kuulurkan ke tangannya. ”Apakah... kau mau menikah denganku?” waks! Kenapa malah langsung to the point begitu? Rencananya kan aku mau bernyanyi sebait untuknya! Sialan, buyar semua! Ya sudah, karena sudah terlanjur! ”Eh?” Hyun Gi menatapku bingung. Merasa tidak yakin dengan pendengarannya. ”Aku... salah dengar tidak?” ”Aku... memang masih mahasiswa... belum lulus... dan pekerjaanku belum mantap... Tapi, aku ingin mengenalkanmu pada kedua orangtuaku.... Aku, ingin memilikimu seutuhnya, Hyun Gi...” ”Key...” Hyun Gi memandangku dengan kaget. Ia tampaknya sama sekali tidak menduga aku akan melamarnya. Begini tiba-tiba. ”Bianglala akan berputar sekali lagi. Dan kalau kau ingin menolakku, aku ingin kau mengucapkannya saat bianglala mencapai puncak sekali lagi....” Kami terdiam lama. Jantungku berdentam dengan gelisah sementara berbagai pransangka memenuhi otakku. Apakah menurutnya terlalu cepat? Terlalu tiba-tiba? Dan sangat...tidak romantis? Bianglala perlahan bergerak menuju puncak. Aku menahan nafas dan menatap Hyun Gi yang tidak bergerak dari tempatnya duduk. Saat bianglala tepat berada di puncak, ia maju dan memelukku. Kami berciuman. Ciuman yang panjang dan begitu hangat. Bibirku menekan bibirnya dan ia membalas dengan ciuman yang panjang dan bertubi-tubi. Aku menarik tubuhnya agar mendekat padaku. Sungguh, aku mencintai gadis ini. ”Aku mau, tentu saja aku mau!” seru Hyun Gi senang. ”Tapi, bisakah kau menunggu? Bisakah kita menikah saat kau sudah berkerja?” ”Tapi...” ”Aku akan tetap menemui orangtuamu,” senyuman Hyun Gi menghilangkan segala kecemasanku. ”Dan lain kali aku akan menyiapkan lamaran yang lebih baik,”tukasku sambil menertawakan kecerobohanku sendiri. Hyun Gi tertawa bersamaku. Kami bergandengan tangan sepanjang jalan pulang. ”Aku mencintaimu,” ujar kami berbarengan. Hyun Gi mengenakan cincin dariku di jari manis kirinya. Tunanganku. Sekarang, aku bisa dengan bangga memeluknya dan menyebut gadis yang kucintai sebagai tunanganku. -to be continued-

3 komentar:

Chika_erfenn mengatakan...

ini adalah request ff dari seorang chinggu bernama yulia riani. Sudah lama sekali sejak FF ini dibuat.. chingu-ya, dangsin-eun ajigdo gieog habnikka?

Liana 許仙莲 mengatakan...

Jess, welcome back to blog.. nice to see your post in my timeline.. God story saeng !!! mulailah dr blogger dulu br kmudian qta bs jadi kyk raditya dika, okay ?? ^^

Chika_erfenn mengatakan...

amin eonnie.. hehehe...
syukurlah juga eonnie sudah bisa buka blog milik eonnie lagi...
chukkae!!
moga2 kita berdua bisa sukses menggapai mimpi :)