Rabu, 24 Februari 2010

FanFic Bideok After Love 20

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
TWENTIETH SCENE
The beginning of our plan
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bidam meletakkan telepon dan Chuncu memandangnya dengan senyuman bingung. ”Ternyata semua sesuai dugaanmu. Kalau begitu, apa yang kau butuhkan dariku di sini?”

Bidam tersenyum sambil meletakkan tangannya di bahu Chuncu. ”Aku memerlukan bantuanmu. Dan hanya kau yang bisa melakukannya…” ia menunjukkan lembaran headline itu dan membisikkan sesuatu di telinga Chuncu. Pria itu mengangguk paham dan segera mengutak-atik laptopnya.

“Apa yang kau rencanakan sekarang?” tanya Alcheon. Ia menuntut bagiannya dalam membantu Bidam. ”Kau sudah menelepon Deokman?”

”Aku akan meneleponnya. Segera. Dan aku memang membutuhkan bantuanmu.” Bidam membisikkan sesuatu yang lain ke telinga Alcheon dan dengan segera senyuman samar terbentuk di bibir Alcheon.

”Aku segera menelepon asisten setiaku, Jukbang sekarang. Kurasa ia bisa sangat membantu...” ujarnya sambil dengan segera melangkah dan menelepon seseorang. Bidam sendiri mengeluarkan kertas penuh coretan di kantongnya. Dan ia mulai menulis sesuatu yang lain.
-------------------------------------========================----------------------------------------
”Kalian mau peluncuran single kalian tetap diadakan? Kalian gila ya?!” Wolya memandang kedua wajah di hadapannya dengan bingung. ”Seumur-umur baru kali ini aku dengar permintaan seaneh ini!”

”Wolya-shi, kuharap kau mau membantuku. Aku punya sedikit ide. Dan kurasa ini akan berhasil... Tapi, entahlah, aku juga tidak tahu... Dan aku mau minta supaya kau menyetujui setiap bagian rencanaku...” Bidam menceritakan rencananya dengan cepat dan detail.

Wolya memandang Bidam dengan pandangan heran sekaligus takjub. ”Darimana kau punya keyakinan sebesar itu? Dan bagaimana mungkin!? Ah, itu terlalu beresiko!” tukas Wolya dengan kalut. ”Rasanya hampir mustahil!”

”Apakah Wolya-shi meragukan kemampuanku!?” tanya Bidam dengan pandangan tajam.

Wolya memandang Bidam lama, ia menatap mata itu dan menemukan kesungguhan di sana. Dan akhirnya ia hanya mampu menghela nafas panjang. ”Aku tidak mengerti bagaimana kau bisa memikirkan hal semacam ini, tapi, baiklah... aku akan membantumu...”

”Terimakasih, Wolya-shi!” Bidam menjabat tangan Wolya erat-erat. ”Sejak awal, aku tahu kau bisa kuandalkan!”
-------------------------------======================--------------------------------------------------
”Konferensi pers akan segera dimulai,” ujar seorang reporter di televisi. ”Dan sekarang, tampaknya Bidam-shi akan menjelaskan semuanya...”

Deokman dan Chenmyeong menatap layar dengan gugup. Yushin yang kebingungan ikut menatap layar dengan ragu. Tak lama, sebuah ketukan terdengar dari pintu kantor mereka.

”Aku akan membukanya,” ujar Deokman terburu-buru.

”Tunggu! Biar aku saja!” seru Chenmyeong sambil menarik tangan Deokman mundur. ”Bisa bahaya kalau ada yang mengenalimu sekarang...” ujarnya hati-hati.

Yushin mengangguk setuju. ”Biar Chenmyeong yang membuka pintunya. Tapi hati-hatilah...”

”Baik, tentu saja...” sahut Chenmyeong. Ia melangkah hati-hati ke pintu dan membukanya perlahan. Begitu pintu terbuka, sebuah seruan meluncur dari bibirnya. ”Kau!?”
-----------------------------=============to be continued============--------------------------

Tidak ada komentar: