Minggu, 14 Februari 2010

Fanfic bideok after love 16

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SIXTEENTH SCENE
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bus berhenti di depan sebuah production house. Bidam dan Alcheon melompat turun dengan lincah. Chenmyeong dan Deokman menyusul turun. Mereka masing2 mengenakan topi dan kacamata hitam.

Deokman menatap Bidam dengan sedih. Lelaki itu tersenyum tidak puas saat berkata, “Tiga hari waktu yang sangat singkat…” ujarnya, lalu memeluk kekasihnya. “aku akan sangat sibuk, tapi kita akan tetap berhubungan…” ia bisa merasakan anggukan kepala Deokman di bahunya. “Kau menyimpan nomor telponku?” tanyanya lagi, dan Deokman mengangguk dengan ragu-ragu.

Di sampingnya, tidak jauh dari situ, Alcheon dan Chenmyeong sibuk bertukaran nomor telepon dan email. “Aku akan berusaha mengontakmu sebanyak mungkin…” bisik Alcheon sambil memeluk Chenmyeong. “Kita akan berjuang bukan?” tanya Alchen lagi.

“Ya,” jawab Chenmyeong dengan pipi berurai air mata. “aku akan merindukan Alcheon-shi…” ujarnya ketika ia maju dan berjinjit untuk memeluk leher Alcheon. Merea bertatapan mesra lalu berciuman.

“Wah, mereka berani sekali…” ujar Bidam sambil menatap ke samping. “Ckckck…” ia berkomentar pendek. “Ah, sial, iri juga rasanya!”

Deokman tersenyum malu dan mencuri-curi pandang ke sampingnya. “Kau… tidak akan melakukannya?” tanyanya gugup.

Bidam menatap Deokman dengan mata yang seolah menahan tawa. “Tidak sekarang, aku ingin menyimpannya untuk saat yang lebih special…” ujarnya sambil memeluk Deokman lagi. Lalu ia melepasnya dan bersiul menggoda pasangan berwajah merah di sampingnya.
-------------------------------------------===========================-----------------------------

Pagi-pagi benar dentingan gitar memenuhi lorong masuk menuju ruang rekaman. Alcheon melangkah masuk dengan tergesa dan tertawa. “Kau datang pagi sekali, padahal kukira aku sudah menang darimu…”
“Ah, berisik hyung… Gimana, sudah oke, sama Chenmyeong-shi?” tanyanya sambil tertawa geli. Ia memetik beberapa senar dan merasakan nadanya tepat, lalu mencoret kertas putih di hadapannya.

“Lumayan,” sahut Alcheon dengan malu. “Lagu apa itu? Lagu single-mu?” tanya Alcheon. “Sudah hampir selesai?”

“Sekitar 80 persen. Sebenarnya sudah hampir selesai, namun aku merasa ada beberapa nada yang harus dipoles, jadi kuputuskan untuk menyempurnakannya. Dan lagipula, ini lagu untuk mendapatkan hadiah special…” ia sedikit tergelak malu saat mengucapkannya.

“Kadang kala kau ini bisa sangat romantis juga, ya…” ujar Alcheon sambil geleng2 kepala. “Tapi kurasa single-mu akan sukse, mengingat kau sudah mati2an seperti ini…” Alcheon mengecilkan suara sedikit saat melanjutkan. “Ada kabar terbaru dari Yeomjong?” tanyanya berbisik.

“Belum ada,” jawab Bidam sambil terus memetik gitarnya. Beberapa saat lalu ia menceritakan semuanya ke Alcheon karena pria itu adalah satu2nya sqahabat yang ia percayai. Dan tidak pernah ada rahasia di antara mereka berdua. “Aku sudah menyewa detektif untuk menyelidikinya, semoga dalam waktu singkat semua kebenaran bisa terungkap…” ujar Bidam dengan suara getir.

“Kau menyewa detektif? Apakah tidak akan mencolok nantinya?” tanya Alcheon dengan bimbang. “Apakah dia bisa dipercaya?”

“Ooh, jangan khawatir hyung…” sahut Bidam sambil tertawa. “Dia itu mantan adik kelas kita, dan sekarang namanya sedang melonjak, dikenal sebagai detektif muda jenius… Chunchu-shi…”

“Chunchu?! Dia rupanya…” sebentuk senyuman menghias sudut kanan bibir Alcheon. “Dia kan adik kelas yang paling angkuh. Tapi entah kenapa, dia hanya takut padamu… Bahkan sampai kau lulus, dia masih terlihat takut padamu…”

Bidam menyelesaikan permainan gitarnya, lalu menggoyang-goyangkan telunjuknya dengan santai. “Sekarang tidak ada lagi yang kau ragukan bukan?” ia tertawa sambil menatap kertas penuh coretan itu dengan puas. “Karena membelanya, aku pernah berkelahi sekali, dan dia juga pernah melihatku berkelahi dengan anak2 sekolah lain. Dan hanya aku yang mengetahui rahasia mengapa ia selalu bolos pelajaran berkuda”

“Oh ya? Kenapa?”

“Mudah saja menjawabnya. Karena ia tidak bisa menaikinya…” tutur Bidam dengan wajah serius. “Yah, kalau rahasia itu tersebar kan, kepopulerannya di kalangan wanita bisa turun… Jadi, ya, begitulah…”

“Karena itu?” tanya Alcheon dengan wajah tidak percaya. Bidam mengangkat bahunya “Sungguh?” kali ini Bidam mengangguk. “Aneh sekali…”
---------------------------===============================--------------------------------------
Chenmyeong menatap Deokman dengan gelisah. “Aduh, kenapa belum ada kabar dari Alcheon-shi ya?” ujarnya gugup.

“Sekarang mereka sedang sibuk…” jawab Deokman sambil melihat text message dari Bidam di hp-nya. Ia sering tertawa geli melihat emoticon dari pria itu. “Iklan handphone Chak…”

“Oh, begitu…” tak lama handphone Chenmyeong ikutan berisik. “Ya, kau benar, mereka sedang pemotretan sekarang…” ujarnya sambil tersenyum menatap layer handphonenya. “Rasanya seperti sudah lama sekali tidak bertemu…” keluhnya sedih.

“Ya… Apa mereka juga merindukan kita, ya?” tanya Deokman sambil menatap handphonenya. “Unni, foto waktu perjalanan sudah diprint belum?”

“Oh, ya, aku lupa…” ujar Chenmyeong sambil buru-buru berdiri. “Kau ikut Deokman?” tanyanya. Tetapi sebelum Deokman menyahut, ia buru-buru menarik nafas panjang. “Deokman, aku pergi sendiri saja. Lihat, manajer memanggilmu…”

Deokman mengangguk lalu berdiri. Ia menatap Yushin sesaat, memberi hormat dengan sopan, lalu mengikuti pria itu ke ruangannya. “Ada sesuatu yang penting Yushin-shi?” tanya Deokman dengan bingung.

“Sebenarnya aku ingin menegurmu dan Chenmyeong karena kalian berdua tampaknya melewati batas. Bisa-bisanya kalian menjalin hubungan dengan klien kalian…” pria itu menggeleng dengan kesal.

“Saya minta maaf…” ujarnya kaku. “Hanya saja, Anda tahu sendiri… Cinta itu tumbuh tanpa pernah memilih tempat dan waktu…”

“Aku tahu itu,” jawab Yushin dengan tenang. Senyuman pedih mengembang di bibirnya. “aku tahu, karena aku juga telah melewati batasku…”

“Apa maksud Anda?” tanya Deokman bingung. “Kapan Anda pernah melewati batas?”

“Aku mengatakan ini bukan karena ingin merusak hubunganmu dengan Bidam-shi, tapi… Aku mengatakannya karena sejak dulu aku memang sudah merasakannya. Dna baru sekarang aku punya keberanian mengatakan ini…” ia memarik nafas dalam-dalam. “Deokman-shi?” panggilnya.

“Ya?” sahut gadis itu dengan ragu.

“Aku mencintaimu… Sejak pertama kali melihatmu, aku mencintaimu…”
------------------------------==========================--------------------------------------------
to be continued-------------------------------------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar: