Jumat, 22 Januari 2010

Fanfic bideok after love3

Third scene----deokman

"Sekarang, tidak akan ada lagi yang memanggil namaku"
"Aku! Aku akan memanggil namamu"
"Memanggil namaku berarti pengkhianatan. Bahkan jika kau melakukannya karena cinta, dunia akan berkata itu pengkhianatan."

Deokman memandang sekeliling dengan panik. Lgi-lagi mimpi ini. Lagi-lagi laki-laki itu.
Srat!!!
Deokman ingin menjerit tetapi lidahnya terasa begitu kaku.
"Jangan tusuk dia lagi!!!" ia berusaha membuka bibirnya tetapi sia-sia. Lagi-lagi, untuk kesekian kalinya, laki-laki itu rubuh di hadapannya dengan bergelimang darah.

Deokman membuka matanya yang basah oleh air mata, dan kegelapan yang luas membentang di hadapannya. mimpi yang dialaminya semakin lama semakin terasa nyata dan nyata. Dan kali ini bahkan ia merasakan perasaan aneh di dadanya. perasaan yang menyesakkan namun terasa sangat familier.

"Siapa pria itu?" bisiknya sambil berusaha menenangkan degup jantungnya. Kepalanya selalu terasa sakit tiap berusaha mengingat mimpinya. setiap kali terpotong-potong bagaikan adegan yang tidak utuh dari sebuah kisah yang panjang.
Dan nyata.
Terlalu nyata sampai seringkali ia merasa lelaki itu memang pernah ada di hidupnya.
Dia merasa tidak asing dengan guratan senyuman sedih di bibir pria itu, dan tatapan matanya yang penuh rasa sendu, juga rasa pilu yang menghujamnya setiap kali ia mengingat mimpi dimana pria itu berusaha melangkah menuju ke hadapannya dengan bersimbah darah.

TOK-TOK-TOK
"Apa kau baik-baik saja?" ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. "Ini aku chen myeong, sudah saatnya kita siap-siap..."

Deokman cepat-cepat melangkah ke pintu kamarnya dan membuka pintunya."Kenapa unni bisa di sini?"
"Eh? Apa maksudmu? Dari kemarin kan aku memang di sini..." jawabnya sambil tertawa renyah. "Wajahmu pucat, kau mimpi buruk?"
"Eh, ya, nggak... maksudku, aku nggak apa-apa..."

Deokman menertawakan dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia melupakan kalau saat ini dia dan chen myeong, (sahabat yang sudah seperti kakaknya sendiri) sedang ditugaskan untuk mengantar turis menjelajahi pulau Cheju yang terkenal dengan keindahannya. Karena itulah ia menginap di hotel ini bersama Chen Meyong dan anggota tur lainnya.

"Besok hari terakhir, bukan?" tanya Chen Myeong sambil tertawa menenangkan. "Kita berjuang untuk besok, dan kemudian, kita akan kerja bareng lagi sekitar dua minggu dari sekarang..."

"Eh? apakah jadwal tugas berikutnya sudah ditetapkan?"

Kali ini Chen Myeong benar-benar menatapnya dengan pandangan cemas. "Kau yakin kau tidak apa-apa? Sudah beberapa waktu ini kulihat kau sering melamun dan tampak tidak sehat. Kau bahkan tidak memperhatikan jadwal, padahal biasanya kau yang paling pertama tahu..."

"Maaf unni..." ujar Deokman sambil menundukkan kepala dalam-dalam.

"Aku mengkhawatirkan kesehatanmu Deokman, kau tahu kan kalau aku sangat sayang padamu..." Chen Myeong tersenyum lembut sambil memandangi sosok yang sudah seperti adiknya sendiri itu.
"Aku tahu itu, unni..." senyuman terimakasih mengembang di wajahnya.

"Jadi, sekarang bersiaplah," ujar Chen Myeong sambil menepuk pipi Deokman pelan dan menutup pintunya. ia sendiri berjalan ke kamarnya untuk melakukan final check.
-------------------------------------------------
to be continued
--------------------------------------------------

Tidak ada komentar: