Kamis, 16 Oktober 2014

ONESHOT-LOVE IS IN THE AIR

ONESHOT-LOVE IS IN THE AIR


TITLE  : LOVE IS IN THE AIR
GENRE : FICTION, ROMANCE, SLICE OF LIFE
CAST:
YUN DONG WON
CHO KYU HYUN
PARK JAE SHI (AUTHOR: JESICA)
PARK YOO CHUN

-------------------------------------------------------------------------


─Yun Dong Won, Seoul, 2011─

               “Cepetan dong, Jae Shi!!” panggilku gemas. Temanku itu terlihat setengah mati kesulitan menembus arus manusia yang bergerombol di depan pintu masuk salah satu production house terkenal di Korea.

              Di sana, tengah diadakan pemotretan seorang model sekaligus singer terkenal, Cho Kyu Hyun. Ada begitu banyak bodyguard di sini, tetapi tetap saja para fans yang datang menonton berjumlah sangat banyak, sulit untuk dikendalikan.

             “Aduh, jumlah manusia di sini gila-gilaan nih,” protes Jae Shi sambil menggoyang-goyang kerah baju kaosnya, kepanasan. Udaranya memang terasa sumpek di sini.

             “Ya, seolah-olah semua remaja Korea berkumpul di sini…” sambil berceloteh, tanganku menariknya untuk kembali menerobos antrian. Alhasil, kami berada di barisan depan. Akhirnya! Akhirnya! Jeritku dalam hati.

             “Kyu Hyun!!!!” kupingku hampir tuli karena teriakan-teriakan yang memekakkan telinga.

             Cowok itu berdiri di sana, tampak sempurna dalam balutan kaos dan jeansnya. Di tengah hiruk pikuk jeritan para fans pun, ia tetap profesional dan tidak terlihat terganggu. Semakin melihatnya, dadaku semakin berdebar.

             “Eh,” kurasakan senggolan Jae Shi di tanganku. “Kau tidak berteriak memanggilnya?” tanyanya dengan senyuman jahil.

             “Aku tidak mau mengganggu pekerjaannya dong,” sahutku sambil berusaha tampak santai. Sebenarnya, aku sudah hampir menjerit pingsan saat melihatnya berpose dengan begitu kerennya.

                                                            =x=x=x=

             Pemotretan selesai sekitar pukul 2 sore. Kami berjalan ke toilet terdekat dan merapikan dandanan. Jae Shi menlirik ponselnya dengan panik. “Waduh, ada banyak banget misscall di sini…” serunya kaget.

             Jae Shi sudah berpacaran dengan Park Yoo Chun sejak dua bulan terakhir. Cowok itu playboy, tetapi tampaknya ia sudah memutuskan semua pacar lamanya supaya bisa pacaran dengan Jae Shi
.
             “Nggngngg…” Jae Shi menatapku ragu-ragu. “Kalau aku pergi, kau marah tidak?”

             “Tidak apa kok… Kau kan membatalkan kencan dengannya karena mau menemaniku hari ini… Aku bisa pulang sendiri. Thanks ya, sampaikan sori juga ke pacarmu itu…”

             “Iya, tentu saja. Nah, aku pulang dulu Yun…” dari pada memanggiku Dong Won, Jae Shi lebih suka memanggilku Yun. Memang aneh dia, hahaha…

             Tepat ketika keluar dari toilet cewek, tidak sengaja aku bertabrakan dengan cowok yang keluar dari toilet laki-laki di seberangku dengan tergesa-gesa.

             “”Sorry,” ujar cowok itu pendek. Saat ia hendak beranjak pergi, ia menarik topinya sampai menutupi wajah.

             “Kyu Hyun?” ujarku tanpa pikir panjang.

             Cowok itu tersentak kaget lalu menatapku heran. “Kau mengenaliku?” tanyanya lagi.

             Aku menatap cowok yang berkacamata hitam dengan topi menutupi sebagian wajahnya itu. Tidak jelas, tetapi… aku cukup yakin kalau itu adalah wajah yang tiap hari kupandang dari poster kamarku. Mana mungkin aku tidak mengenalinya?

             “Benar, kan?” cetusku tanpa pikir panjang.

             “Kyu Hyun!!!!!!!!!!!!” panggil seseorang dari belakang. Cowok itu mendorongku masuk lagi ke WC cewek, dan kami masuk ke salah satu ruangan kosong. Otakku belum bisa berpikir ketika tangannya memutar dan mengunci pintu toilet.

             “Kyu Hyun! Kau di mana?! Kau tahu tidak, masih ada pemotretan majalah?!” terdengar teriakan seorang pria dari luar.
             Cowok itu menatapku lekat-lekat dan meletakkan telunjuknya di bibirku, melarangku bicara. Nafasku nyaris habis di tempatnya. Setelah teriakan itu semakin jauh dan semakin tidak terdengar, cowok itu kemudian membuka pintu dan melangkah keluar.

             “Aku bebas!” serunya sambil merenggangkan kedua tangannya. “Akhirnya aku bebas!”

             “Anu…”

             Cowok itu menatapku seolah ia baru saja melupakanku. Dan kini, matanya menatapku dengan bimbang, mempertimbangkan apakah aku akan menghianatinya dan mengadukannya pada manager-nya atau tidak.

             “Tenang, aku tidak akan bilang siapa-siapa…” ujarku, berusaha tampak kasual. “Kau kenapa kabur?” tanyaku lagi.

             Cowok itu tersenyum dengan ramah, tetapi pergi tanpa menjawab pertanyaanku. “Kalau mau ke taman bermain, naik bus jurusan apa?” tanyanya tiba-tiba.

                                                  =x=x=x=

             “Wuoooo…. Asyik!!!!!!!!!!!!!!!!!!” cowok itu berseru gembira saat jet coaster menukik turun. Aku bahkan tidak berani membuka mataku. Perutku rasanya mulas kalau berada di ketinggian seperti ini.

             “Kau ternyata tidak sekuat penampilanmu,” ledeknya saat melihat wajahku yang pucat seusai permainan jet coaster itu.

             Sebelumnya kami juga bermain beberapa wahana mengerikan semacam ini. Yang benar saja, kok bisa sih dia tetap tenang begitu? Kurasa malah perutku sudah jungkir balik dari tadi.

             “Terima kasih, dan kau juga tidak sekalem penampilanmu…” sahutku sambil mengeluarkan tissu dan mengelap keringatku.

             “Jadi, apa kau sekarang tidak menyukaiku lagi?” tanyanya sambil tersenyum menggoda.

             “Eh? Apa maksudmu?!” pelan, kutinju lengannya.

             “Kau termasuk salah satu fansku kan?” cowok itu berhenti di depan kedai minuman dan membeli dua gelas softdrink. Sambil memberikan padaku satu gelas, ia berujar pendek, “Ah, aku kangen minuman ini…”

             “Tidak apa penyanyi minum minuman begini?”

             “Sekali-kali tidak apa kan?” ia tersenyum lagi, persis poster di dinding kamarku. “Kau belum menjawab pertanyaanku yang tadi. Kau termasuk fansku kan?”

             “Kau bisa tebak sendiri,” sahutku sambil berusaha menenangkan debaran jantungku.

             Kami berduaan. Di taman bermain. Rasanya seperti kencan. Aduh, apa yang kupikirkan? Dan dia membelikanku minuman. Di kepalaku entah ada berapa orang yang bersuara.

             “Soalnya, sebelumnya tidak ada yang mengenaliku saat aku sudah memakai topi dan kaca mata hitam. Tapi, kau masih. Apa kau termasuk yang fanatik?” ujar cowok itu sambil menatapku dari atas sampai bawah.

             “Hei, bagaimana kalau kita main yang itu!” seruku sambil menunjuk salah satu wahana terdekat, bianglala.

             “Kau tidak mau jawab ya?” cowok itu tersenyum jahil sambil menarik tanganku. Dengan perasaan tidak menentu, kutatap tanganku yang berada dalam genggamannya. “Ayo kita main!” serunya sambil tertawa.

             Pemandangan bergerak semakin kecil dan jauh saat gondola ku bergerak ke puncak. Cowok itu, tanpa mengalihkan pandangannya dari pemandangan di kaca, bertanya padaku. “Namamu?”

             “Yun Dong Won…”

             Ia memutar bola matanya dan berkomentar pendek. “Nama yang aneh.”

             “Biar mudah diingat,” sahutku lagi. Jantungku memukul-mukul dadaku dengan kencang.

             “Benar juga, mudah diingat…” ia tertawa dan menatapku dengan pandangan tajam. “Hari ini terimakasih banyak, ya…”
             “Eh?”

             “Kalau yang kutemui adalah gadis lain, dan bukan kau, mungkin tidak akan ada lagi kejadian seasyik hari ini. Thanks ya…”

             “Pekerjaanmu, berat sekali ya?” tanyaku sambil berusaha untuk tidak menatap matanya. Wajahku jadi terasa aneh.

             “Seperti tidak bisa bernafas… Terlalu banyak pekerjaan, sementara waktu terlalu sedikit. Karena itu, aku senang bisa melewatkan hari ini bersamamu…”

             Dadaku bergemuruh ketika akhirnya mataku bertatapan dengannya. “Kau akan pulang?” tanyaku dengan perasaan gundah.

             Tentu saja aku tidak mau ia melalaikan pekerjaannya, di luar sana entah ada berapa banyak fans yang menunggunya tampil. Tetapi, sulit untuk tidak memikirkan apapun selain perpisahan kami yang semakin dekat. Dan itu terasa sangat menyakitkan.

             “Manager­ku sudah melacak GPS-ku. Kurasa ia akan segera datang sebentar lagi…”

             “Ngg… semoga sukses…” ujarku, berusaha tersenyum. Anehnya, bibirku terasa kaku.

             “Terima kasih, Yun Dong Won…” cowok itu menepuk kepalaku lembut dan mengusapnya. Matahari terbenam dengan indah di ufuk sana. Pelan, mimpi indahku berakhir seiring dengan terbenamnya matahari senja.

                                                          =x=x=x=

             “Cho Kyu Hyun!”

             Manager datang dan menepuk kepala Kyu Hyun dengan sebal, lantas memandangku dengan tatapan serba salah. Aku menundukkan kepalaku sopan, dan ia membalasnya dengan canggung.

             “Nah, ayo kita pulang!!” seru manager itu sambil melirik arlojinya dengan kalut. “Showmu akan dimulai kurang dari dua jam lagi…”

             Cowok itu membisikkan sesuatu sebelum melangkah pergi. “Walau kau bukan fansku, cobalah untuk menyukaiku…” ia menjabat tanganku lalu tersenyum singkat. “Sampai bertemu lagi,” ujarnya.

             “Dasar bodoh,” umpatku sambil menahan senyum. Cowok itu mengacungkan jempolnya sambil terus berjalan pergi.

             “Mana bisa kita bertemu lagi…?” suaraku setengah serak saat mencoba berteriak protes padanya. Tetapi sesuatu yang terselip di tanganku membuatku menghentikan protesku.

             Sebuah kertas. Entah kapan cowok itu menyelipkannya. Di kertas itu, ada sebuah nomor telepon dan email yang ditulis tangan. Dan di sana, di bagian akhirnya, terdapat tulisan.


                   Apa kau percaya dengan cinta pada pandangan pertama?
                                                  Kyu Hyun


                                                  =x=x=x=

                                                     TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar